Fakta-Fakta Covid-19 di China: Rekor Kasus, Jutaan Warga Lockdown

CNN Indonesia
Kamis, 17 Mar 2022 19:30 WIB
Covid di China meroket dalam beberapa waktu belakangan. Negeri Tirai Bambu pun terus menerapkan aturan ketat hingga jutaan warga kini hidup di tengah lockdown.
Covid di China meroket dalam beberapa waktu belakangan. Negeri Tirai Bambu pun terus menerapkan aturan ketat hingga jutaan warga kini hidup di tengah lockdown. (Reuters/Lam Yik)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kasus Covid-19 di China meroket dalam beberapa waktu belakangan. Negeri Tirai Bambu pun terus menerapkan aturan ketat hingga jutaan warga kini hidup di tengah lockdown.

Berikut fakta-fakta situasi terkini pandemi Covid-19 di China.

Rekor kasus

Chinga mulai mengetatkan aturan pada Minggu (13/3), ketika mencatat lonjakan kasus Covid-19 tertinggi selama dua tahun terakhir. Penambahan Covid-19 harian saat itu mencapai 3.393 kasus.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dua hari kemudian, China melaporkan angka kenaikan infeksi virus corona sebanyak 5.100 kasus pada Selasa (15/3). Angka ini merupakan yang tertinggi sejak pandemi Covid-19 dimulai.

Kenaikan kasus yang meningkat tajam ini sangat berbeda dengan kondisi China di beberapa bulan sebelumnya. Sejak akhir Maret 2020 hingga November 2021, kasus Covid di China sangat jarang menyentuh angka ratusan.

Kasus harian Covid-19 di China ini mulai terpantau meningkat sejak Desember 2021 dan mulai masuk ke angka ribuan pada Maret 2022. Per Rabu (16/3), kenaikan Covid-19 di China mencapai 2.958 kasus.

Angka vaksinasi di China sendiri telah mencapai hampir 90 persen. Namun, masih ada beberapa lansia yang belum mendapatkan vaksin booster, membuat kelompok tersebut lebih rentan mengalami kematian dan gejala parah.

Tak hanya itu, masih belum jelas vaksin asal China mampu mengurangi risiko gejala yang disebabkan oleh varian Omicron atau tidak.

Penyebab kasus Covid-19 di China melonjak

Kemunculan varian Omicron disebut menjadi alasan infeksi virus corona di China meningkat. Dengan demikian, sejumlah pakar menilai kebijakan nol-Covid tak lagi sesuai.

Profesor Universitas Kyoto, Hiroshi Nishiura, menyatakan bahwa ia tak merasa optimistis China bakal bisa menerapkan kebijakan tersebut, meski lockdown ketat memang memperlambat laju penyebaran Covid-19.

"Berbagai kemunculan kasus [Omicron] di daratan China tidak bisa dihindari," kata Nishiura, seperti dikutip Reuters.

Huang Yanzhong, peneliti senior untuk kesehatan global di Dewan Hubungan Luar Negeri, juga menganggap penyebaran Omicron yang lebih cepat menular memang tak bisa dihindari.

"Skenario terburuk untuk mereka [China] adalah Omicron bakal membuat sistem kesehatan China kewalahan, dan seluruh wilayah negara berkutat dengan kasus Covid-19," ucapnya.

Lockdown jutaan warga

Kenaikan kasus Covid-19 di China juga membuat dua kota besar di negara itu harus menghadapi lockdown, yakni Shenzhen dan Shanghai. Jutaan warga pun tak bisa bergerak bebas.

Warga di kota Shenzhen harus berdiam di rumah selama sepekan. Seluruh warga kota itu juga harus menjalani tiga rangkaian tes PCR.

Nasib warga kota Shenzhen juga dialami di Shanghai. Warga Shanghai dilarang bepergian ke luar kota pada akhir pekan, kecuali darurat. Mereka juga hanya boleh pergi bila mendapatkan hasil tes PCR negatif.

(pwn/has)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER