Inggris Sebut Normalisasi dengan Rusia Usai Invasi Adalah Kesalahan

CNN Indonesia
Minggu, 20 Mar 2022 04:39 WIB
Inggris skeptis Rusia akan mengendurkan serangan pada Ukraina.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson. (AFP/STEFAN ROUSSEAU)
Jakarta, CNN Indonesia --

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan Barat seharusnya tak berupaya 'menormalisasi hubungan' dengan Presiden Rusia Vladimir Putin usai keputusannya menginvasi Ukraina. Dia menyebut pada Sabtu (19/3) krisis ini sebagai 'titik balik untuk dunia'.

"Ada beberapa di seluruh dunia ... yang mengatakan bahwa kita lebih baik membuat akomodasi dengan tirani ... Saya percaya mereka sangat salah," ucap Johnson, diberitakan AFP.

"Mencoba menormalkan kembali hubungan dengan Putin setelah ini, seperti yang kami lakukan pada 2014, akan membuat kesalahan yang sama lagi, dan itulah mengapa Putin harus gagal," katanya lagi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Johnson saat ini dunia punya pilihan antara kebebasan atau penindasan.

Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss memperingatkan bahwa pembicaraan damai untuk mengakhiri konflik bisa jadi hanya pengalihan untuk manuver militer Rusia yang lebih kejam.

"Saya sangat skeptis. Apa yang kami lihat adalah upaya menciptakan ruang bagi Rusia untuk mengumpulkan kekuatan. Invasi mereka tidak berjalan sesuai rencana," kata Truss.

"Saya khawatir negosiasi adalah upaya lain membuat pengalihan dan menciptakan tabir asap. Saya rasa kita belum pada titik negosiasi," ucapnya lagi.

Pendapat Truss ini meneruskan komentar intelijen Inggris yang mengatakan Putin dapat beralih ke 'tindakan lebih ekstrem' dan 'kekejaman yang mengerikan'.

Kepala Intelijen Pertahanan Inggris Jim Hockenhull mengatakan pada Jumat bahwa Rusia sejauh ini gagal mencapai tujuan yang sudah direncanakan. Perlawanan sengit Ukraina dikatakan mengejutkan Rusia dan membuatnya bingung pada masalah yang dibuatnya sendiri.

Kata Hockenhull, Rusia akan beralih menggunakan senjata tidak pandang bulu yang bakal memakan korban sipil, penghancuran infrastruktur, dan krisis kemanusiaan.

Rusia baru saja menembakkan rudal hypersonic untuk pertama kalinya ke Ukraina saat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyerukan pembicaraan damai namun dengan ancaman.

Johnson membantah klaim Putin yang mengatakan serangan Rusia untuk mencegah Ukraina bergabung dengan NATO. Dia bilang Putin 'tahu betul tidak ada rencana menempatkan rudal di tanah Ukraina'.

Sebaliknya, Johnson bilang Putin takut pada Ukraina karena memiliki kebebasan pers dan pemilu.

"Dan dia takut celaan implisit pada dirinya sendiri. Karena di Rusia milik Putin, Anda dipenjara 15 tahun hanya karena menyebut invasi sebagai invasi. Dan jika Anda menentang Putin dalam pemilihan, Anda diracuni atau ditembak," ujar Johnson.

(fea)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER