Ukraina: Pasukan Rusia Melemah, Hanya Punya Logistik untuk 3 Hari

CNN Indonesia
Kamis, 24 Mar 2022 07:31 WIB
Ukraina mengklaim pasukan Rusia semakin dalam posisi tertekan dan hanya memiliki pasokan logistik untuk bertempur selama 3 hari ke depan.
Ukraina mengklaim pasukan Rusia semakin dalam posisi tertekan dan hanya memiliki pasokan logistik untuk bertempur selama 3 hari ke depan. (Foto: RU-RTR Russian Television via AP)
Jakarta, CNN Indonesia --

Militer Ukraina mengklaim pasukan Rusia semakin melemah dan menghadapi kekurangan logistik menjelang sebulan agresinya ke negara eks Uni Soviet itu.

Salah satu komandan senior militer Ukraina menuturkan saat ini pasukan Rusia di Ukraina hanya memiliki amunisi, makanan, dan bahan bakar yang hanya cukup untuk bertempur selama tiga hari ke depan.

"Kami benar-benar yakin bahwa pasukan Rusia telah menggunakan banyak sumber daya termasuk kategori senjata tertentu dan kami telah melihat laporan terisolasi dari unit tertentu yang kekurangan pasokan dalam satu atau lain jenis," kata pejabat militer Ukraina pada Rabu (23/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini konsisten dengan pergerakan pasukan Rusia yang melemah. Kekurangan rantai logistik menjadi salah satu alasan mengapa mereka tidak seefektif yang mereka harapkan."

Dikutip The Guardian, militer Ukraina mengatakan bahwa masalah utama pergerakan pasukan Rusia adalah kegagalan untuk meletakkan pipa bahan bakar di depan, meskipun klaim tersebut tidak dapat diverifikasi secara independen.

Hal itu juga dibenarkan Amerika Serikat yang menganggap pasukan Rusiadi Ukraina mulai tertekan hingga kekurangan pasokan logistik di hari ke-27 invasi pada Selasa (22/3).

Klaim AS itu muncul ketika pasukan Rusia juga dilaporkan kian kewalahan akibat perlawanan pasukan Ukraina yang mulai bergerak dalam posisi siap menyerang balik.

"Kami pikir mereka (pasukan Rusia) memiliki masalah komando dan kontrol," kata juru bicara Kementerian Pertahanan AS, John Kirby, di Washington seperti dikutip AFP.

Pejabat senior Pentagon bahkan meyakini sebanyak 10 persen pasukan Rusia di Ukraina mungkin telah gugur menjelang sebulan invasi.

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Joe Biden juga memprediksi Presiden Vladimir Putin tengah dalam posisi terdesak dan kehabisan cara lantaran invasinya ke Ukraina tak berjalan sesuai rencana.

Biden mendasari asumsinya itu dari keputusan Rusia menggunakan rudal hipersonik beberapa kali untuk menyerang Ukraina baru-baru ini.

"Seperti yang Anda semua tahu, itu merupakan senjata yang punya konsekuensi besar, dan dengan hulu ledak yang sama seperti rudal peluncuran lain, itu tidak banyak perbedaan, kecuali hampir tidak mungkin menghentikannya. Ada alasan mereka menggunakannya," kata Biden.

Biden mengatakan salah satu alasan Presiden Rusia, Vladimir Putin, menggunakan rudal hipersonik di Ukraina karena Moskow dalam keadaan terdesak.

Menurutnya, Putin sudah tak memiliki pilihan lain selain menggunakan cara brutal dalam melancarkan invasi karena "operasi militernya" yang sudah berlangsung lebih dari tiga pekan itu belum juga membuahkan hasil signifikan.

Biden menilai Putin tak mengantisipasi soal perlawanan tentara Ukraina yang sengit.

"Semakin sedikit opsi yang dia (Putin) punya, semakin parah taktik yang dia gunakan," sambung Biden.

Awal pekan ini, salah satu media Rusia yang pro-pemerintah, tabloid Komsomolskaya, merilis data terbaru jumlah kematian tentara Moskow di Ukraina, yang mencapai 9.861 personel.

"Berdasarkan Kementerian Pertahanan Rusia, selama operasi khusus di Ukraina, Angkatan Bersenjata Rusia kehilangan 9.861 personel dan 16.153 mengalami luka-luka," demikian laporan tabloid itu dikutip CNN, Rabu (23/3).

Tak lama setelah rilis, mereka menghapus laporan tersebut dan mengklaim mengalami peretasan dan pemalsuan data.
"Akses ke administrator telah diretas dan selipan (data palsu) dibuat menjadi publikasi," klaim mereka.

Laporan kematian personel Rusia dari Komsomolskaya tak berbeda dengan perkiraan Amerika Serikat yang menyebut hingga 10 ribu tentara Moskow sudah tewas di Ukraina.

(rds)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER