Filipina Murka Manuver Bahaya Kapal China di LCS, Bisa Picu Tabrakan

CNN Indonesia
Senin, 28 Mar 2022 17:50 WIB
Filipina murka karena kapal China melakukan manuver berbahaya di Laut China Selatan yang dinilai dapat memicu tabrakan dengan armada patroli mereka.
Ilustrasi kapal China. (Antara Foto/M Risyal Hidayat)
Jakarta, CNN Indonesia --

Filipina murka karena kapal China melakukan manuver berbahaya di Laut China Selatan yang dinilai dapat memicu tabrakan dengan armada patroli mereka.

Kepala Coast Guard Filipina (PCG), Artemio Abu, menyatakan bahwa insiden itu terjadi pada 2 Maret lalu dekat Karang Scarborough. Wilayah ini menjadi sengketa kedua negara karena kaya akan ikan.

"Tindakan yang melibatkan kapal (coast guard China) meningkatkan risiko tabrakan dengan empat kapal utama kami," kata Abu dalam pernyataan resmi yang dikutip AFP, Minggu (27/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam insiden itu, armada China mendekat sekitar 19 meter dari kapal patroli Filipina. Tindakan ini disebut melanggar Peraturan Internasional untuk Mencegah Tabrakan di Laut tahun 1972.

PCG bertugas melakukan patroli di dekat Karang Scarborough, tempat para nelayan negara itu mencari ikan.

Selama setahun terakhir, tercatat sudah empat kali kapal Coast Guard China melakukan manuver jarak dekat di sekitar lokasi itu. PCG telah melaporkan masalah ini Kementerian Luar Negeri Filipina.

Namun, sejauh ini belum ada komentar dari Kedutaan China di Filipina atau Kementerian Luar Negeri Filipina terkait insiden awal Maret itu.

China merebut Scarborough dari Filipina pada 2012 lalu. Namun, kapal-kapal Filipina terus berpatroli di perairan sekitar kawasan yang berada di dalam Zona Ekonomi Eksklusif mereka itu.

Ketegangan antara Filipina dan China di Laut China Selatan meningkat beberapa tahun terakhir.

November lalu, Filipina juga geram karena kapal China dilaporkan menembakkan meriam air ke kapal mereka di LCS. Namun, China membantah tudingan ini.

Selama ini, China mengklaim sebagian besar wilayah di LCS yang tumpang tindih dengan kedaulatan sejumlah negara lain, termasuk Filipina.

Filipina kemudian membawa masalah ini ke Pengadilan Arbitrase Internasional pada 2016. Pengadilan menolak semua klaim China tersebut.

Namun Beijing terus mengakui secara sepihak sejumlah wilayah di perairan yang disengketakan itu hingga memicu kemarahan negara lain.

(isa/has)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER