Wakil Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Rob Fenn, menganggap Rusia mempersulit Indonesia sebagai presiden negara kelompok G20 tahun ini dengan menginvasi Ukraina.
"Jadi, Rusia tidak memudahkan Presidensi Indonesia kali ini dengan menyerang negara tetangganya sendiri dan sebuah negara yang berdaulat. Dengan melanggar peraturan internasional dengan menyerang sebuah negara yang berdaulat," kata Fenn di Denpasar, Bali, Selasa (29/3).
Pernyataan itu diutarakan Fenn menyusul desakan negara Barat untuk mengeluarkan Rusia dari G20 sebagai tanggapan atas agresinya ke Ukraina.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Uni Eropa hingga Australia bahkan telah mewanti-wanti Indonesia soal keberatan mereka jika Rusia tetap diundang dalam rangkaian pertemuan G20 tahun ini.
Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, bahkan menyatakan ogah duduk satu ruangan dengan Presiden Vladimir Putin dalam KTT G20 di Bali pada Oktober mendatang. Hal itu diutarakan Morrison ketika Rusia mengatakan Putin berencana hadir dalam KTT G20 tahun ini.
Presiden Amerika Serikat, JoeBiden, juga menilai Ukraina patut diundang untuk KTT G20 di Bali jika Indonesia tetap mengundang Rusia. Dia menegaskan bahwa AS mendukung agar Presiden Rusia Vladimir Putin tidak diundang lantaran telah melancarkan invasi ke Ukraina.
Lebih lanjut, Fenn berharap Rusia akan mengubah sikapnya terhadap Ukraina dalam waktu dekat jika tetap ingin ikut serta dalam rangkaian G20 tahun ini. Menurutnya, masih ada waktu untuk Rusia menghentikan serangan ke Ukraina sebelum KTT G20 digelar.
"Tetapi, ada waktu antara sekarang dan (G20) nanti. Mudah-mudahan Rusia sudah berhenti dan lebih cepat lebih baik menghentikan serangannya ke Ukraina. Jadi masih ada waktu, mudah-mudahan," ujarnya.
Ia menegaskan, Inggris tetap menolak invasi Rusia ke Ukraina dan berharap Moskow menghentikan serangannya ke Ukraina agar Indonesia juga tidak dipersulit dalam Presidensi G20 tahun ini.
"Kalau, Rusia berhenti menyerang Ukraina itu akan sangat mempermudah Presidensi Indonesia ke G20 dan mempermudah Inggris juga untuk hadir ke G20," ujarnya.
Meski begitu, Fenn mengapresiasi sikap Indonesia dalam menanggapi konflik Rusia vs Ukraina ini yang menurutnya sudah sama dengan Inggris.
Fenn mengatakan Indonesia sudah menolak tiga kali invasi Rusia ke Ukraina. Pertama dalam resolusi
United Nations General Assembly (UNGA) atau Majelis Umum PBB sebanyak dua kali dan di acara Dewan HAM PBB.
"Sebetulnya Indonesia sudah menentukan sikap tiga kali. Tapi posisi yang dinyatakan Indonesia adalah mereka mendukung kedaulatan dan penghormatan terhadap hukum-hukum internasional. Dimana ini posisinya sama dengan Inggris juga ada dalam posisi itu," Kata Fenn.
"Kami menentang (Presiden) Putin menginvasi negara Ukraina yang berdaulat. Kami mau Rusia menghentikan serangan ke Ukraina. Jadi, selain Inggris dan Indonesia ada 141 negara yang sudah voting di Majelis Umum PBB soal penolakan invasi. Jadi sudah jelas," ujarnya menambahkan.