Kim Jong-un kembali menggencarkan kampanye ideologi di tengah ekonomi Korea Utara (Korut) yang semakin ambruk.
Berita lainnya adalah soal pernyataan wakil Duta Besar Inggris untuk RI dan Timor Leste yang menilai Rusia persulit Indonesia di presidensi G20.
Berikut tiga berita yang terangkum dalam Kilas Internasional Rabu (30/3) pagi ini:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, berupaya memperkuat kampanye ideologi di tengah remuk redam ekonomi negara komunis itu.
KCNA melaporkan, pada Senin (28/3), Kim mengirim surat untuk pejabat partai yang berkuasa, Partai Buruh, guna meningkatkan motivasi sosialisme dan memajukan inovasi dalam kerja-kerja ideologis partai
Dalam tugas itu, Kim menegaskan partai telah membuat kemajuan di tengah kesulitan yang menerjang. Ia juga menekankan perlunya menyebar visi juche atau kemandirian.
"Kita harus memandang ideologi dan kekuatan moral dari massa sebagai senjata utama sebagaimana biasanya dan menggerakkan mereka," kata Kim dalam laporan KCNA dikutip Reuters, Selasa (29/3).
Amerika Serikat menyetujui dosis keempat vaksin Covid-19 Pfizer dan Moderna untuk lansia atau orang berusia 50 tahun ke atas.
Keputusan ini ditetapkan pihak berwenang sebagai langkah pencegahan atas kemungkinan gelombang baru yang didorong oleh Omicron varian BA.2 atau Omicron siluman.
Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa keputusannya didasarkan pada bukti yang muncul bahwa booster tambahan, yang diberikan empat bulan setelah yang dosis ketiga, meningkatkan perlindungan terhadap Covid yang parah.
Wakil Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Rob Fenn, menganggap Rusia mempersulit Indonesia sebagai presiden negara kelompok G20 tahun ini dengan menginvasi Ukraina.
"Jadi, Rusia tidak memudahkan Presidensi Indonesia kali ini dengan menyerang negara tetangganya sendiri dan sebuah negara yang berdaulat. Dengan melanggar peraturan internasional dengan menyerang sebuah negara yang berdaulat," kata Fenn di Denpasar, Bali, Selasa (29/3).
Pernyataan itu diutarakan Fenn menyusul desakan negara Barat untuk mengeluarkan Rusia dari G20 sebagai tanggapan atas agresinya ke Ukraina.
(tim/bac)