Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa dirinya ingin mempertemukan kedua pemimpin negara yakni antara Presiden Rusia Vladimir Putin dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
"Presiden Turki Erdoğan menyatakan bahwa harapan untuk perdamaian telah dihidupkan kembali sejak pertemuan antara delegasi Rusia dan Ukraina di Istanbul berjalan positif dan konstruktif," tulis pernyataan itu, dikutip dari CNN.
Turki memang telah menjadi tuan rumah bagi negosiasi kedua negara pada 28-30 Maret 2020. Namun, kedua negara gagal mencapai kesepakatan gencatan senjata.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejumlah tentara Rusia dikabarkan menolak patuh terhadap pemerintah dan dengan sengaja merusak peralatan tempur milik negara. Bahkan, beberapa di antaranya dikatakan tak sengaja menembaki pesawat tempur milik mereka sendiri.
"Kami melihat pasukan Rusia, kekurangan senjata dan moral, menolak menjalankan perintah, men-sabotase peralatan mereka, dan bahkan secara tak sengaja menembak jatuh pesawat mereka," kata Kepala Badan Mata-Mata Elektronik Inggris GCHQ Jeremy Fleming, dilansir Associated Press, Kamis (31/3).
Fleming juga menyampaikan bahwa Putin 'salah menilai' invasi yang kini terjadi.
"Jelas dia [Putin] salah menilai penolakan dari warga Ukraina. Dia meremehkan kekuatan kebangkitan koalisi atas aksinya. Dia menggampangkan konsekuensi ekonomi dari sanksi ke rezimnya, dan dia memandang tinggi kemampuan militernya untuk mengamankan kemenangan dengan cepat," kata Fleming.
Putin meminta kepada negara negara yang tidak bersahabat dengan Rusia untuk membayar gas menggunakan mata uang rubel. Negara yang dimaksud adalah mereka yang telah menghujani Rusia dengan sanksi ekonomi seperti Uni Eropa hingga Amerika Serikat (AS).
"Mereka harus membuka rekening rubel di bank Rusia. Dari rekening inilah pembayaran akan dilakukan untuk pengiriman gas mulai besok, 1 April," kata Putin dalam pertemuan pemerintah yang disiarkan televisi, seperti dikutip AFP, Kamis (31/3).
Putin menyatakan bahwa negara negara tersebut harus membuka rekening di bank Rusia dan akan mengirimkan gas alam mulai kemarin, Jumat (1/4).
Pembeli akan mentransfer pembayaran ke rekening Gazprombank dalam mata uang asing, yang kemudian akan diubah oleh bank menjadi rubel dan ditransfer ke rekening rubel pembeli.
Saat ini, harga gas di Eropa sudah mahal dengan pasokan yang juga tidak melimpah ruah. Dipastikan kebijakan baru Putin itu akan memperparah krisis energi di benua biru.