Taliban Larang Tanam Opium, Sejumlah Anggota Diduga Bakal Berontak

CNN Indonesia
Senin, 04 Apr 2022 08:42 WIB
Taliban melarang penanaman opium di Afghanistan. Mereka pun bersiap akan kemungkinan perlawanan dari dalam kelompok Taliban sendiri atas keputusan itu.
Taliban melarang penanaman opium di Afghanistan. Mereka pun bersiap akan kemungkinan perlawanan dari dalam kelompok Taliban sendiri atas keputusan itu. (AFP/Bulent Kilic)
Jakarta, CNN Indonesia --

Taliban mengumumkan larangan penanaman opium dan narkotika lainnya di Afghanistan. Mereka pun bersiap akan kemungkinan perlawanan dari dalam kelompok Taliban sendiri atas keputusan itu.

Larangan ini tercantum dalam dekrit pemimpin tertinggi Taliban, Haibatullah Akhundzada, yang diumumkan dalam konferensi pers Kementerian Dalam Negeri Afghanistan pada Minggu (3/4).

"Sesuai dekrit pemimpin tertinggi Emirat Islam Afghanistan, seluruh warga Afghanistan diberi tahu bahwa mulai saat ini, penanaman opium dilarang keras di seluruh negara," demikian bunyi dekrit itu, seperti dilansir CNN.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dekrit itu berlanjut, "Jika ada yang melanggar dekrit ini, tanamannya akan dihancurkan secepatnya dan pelanggar akan dihukum sesuai dengan hukum syariah."

Selain itu, dekrit ini juga melarang produksi, penggunaan, dan pengiriman jenis narkotika lain di Afghanistan.

Beberapa sumber Taliban mengatakan kepada Reuters bahwa mereka bersiap menghadapi penolakan dari sejumlah elemen masyarakat, termasuk dari dalam kelompok tersebut.

Beberapa bulan belakangan, penanaman dan penjualan opium memang meningkat di Afghanistan karena krisis ekonomi yang kian parah setelah Taliban berkuasa.

Para warga mulai khawatir setelah rumor Taliban bakal melarang penanaman opium merebak beberapa waktu lalu. Akibatnya, harga opium melonjak.

Seorang petani di Helmand mengatakan, ia terpaksa tetap menjual opium demi menghidupi keluarganya di tengah krisis.

"Tanaman lain tidak membawa keuntungan," katanya.

Di sisi lain, Taliban terdesak komunitas internasional yang menuntut kelompok itu untuk memberantas peredaran narkoba setelah mereka berkuasa pada Agustus 2021 lalu.

Desakan ini penting bagi Taliban yang sedang mencari pengakuan internasional atas pemerintahan mereka di Afghanistan.

Saat berkuasa pada awal 2000, Taliban sendiri sudah sempat melarang penanaman opium demi mendapatkan pengakuan internasional. Namun, keputusan ini tak terlaksana dengan baik.

Penjualan opium pun masih merajalela di Afghanistan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memprediksi nilai opium produksi Afghanistan dapat mencapai US$1,4 miliar (Rp20,1 triliun) pada masa tertingginya, yakni 2017.

(pwn/has)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER