Selain Orban, Putin juga dibuat senang lantaran sekutu dekatnya yang lain bertahan sebagai penguasa di Serbia.
Presiden Serbia Aleksandar Vucic berhasil mengamankan jabatannya dengan memenangkan pemilu akhir pekan lalu.
Sebelum jadi presiden, Vucic, sekutu dekat Putin, juga pernah menjabat sebagai perdana menteri Serbia pada 2014-2017. Ini menjadikan Vucic telah berada di pucuk kekuasaan selama hampir satu dekade.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, situasi Serbia tak bisa disamakan dengan Hungaria. Sebab, Serbia bukan lah anggota Uni Eropa atau NATO.
Saat ini, Serbia masih mendaftar untuk menjadi anggota Uni Eropa. Namun, proses negosiasi diperkirakan baru selesai dalam beberapa tahun ke depan.
Di tengah pengajuan ini, Serbia terus dibuat sulit oleh invasi Rusia ke Ukraina. Sebab, negara di tenggara dan pusat Eropa ini telah berupaya mengimbangi sikap yakni mempertahankan relasi yang erat dengan Rusia, terutama dengan Putin, dan di saat bersamaan menjaga hubungan baik dengan Barat demi prosesnya masuk Uni Eropa.
Menurut laporan Reuters, Serbia hampir bergantung sepenuhnya pada gas Rusia. Tentara Serbia juga punya hubungan yang erat dengan pasukan Rusia.
Meski begitu, Serbia mendukung dua resolusi PBB yang mengutuk invasi Rusia ke Ukraina. Tapi, di sisi lain mereka juga menolak menjatuhkan sanksi terhadap Moskow.
Terlepas dari kemenangan dua sekutu Putin dalam pemilu di Eropa ini, sejumlah pengamat ragu jika hal ini dapat memiliki pengaruh yang baik untuk Rusia.
Beberapa ahli juga tak menganggap kemenangan Orban dan Vucic mendatangkan malapetaka atau setidaknya membuat pusing tujuh keliling Uni Eropa dan NATO.
Bagi Uni Eropa, kemenangan Orban sama saja. Walaupun Orban mungkin memberi kesan Putin menang di Eropa, Hungaria akan tetap patuh ke Uni Eropa pada akhirnya.
Uni Eropa juga sudah biasa bekerja selama bertahun-tahun menangani sikap Orban. Mereka tahu saat tekanan muncul, Orban lebih memilih tetap sejalan dengan Uni Eropa daripada bertentangan dengan blok tersebut.