Pangeran Yordania Lepas Gelar Kerajaan hingga Kuburan Massal Ukraina
Sejumlah kabar meramaikan berita internasional Senin (4/4), mulai dari pangeran Yordania melepas gelar kerajaan hingga temuan kuburan massal warga Ukraina yang diduga dibunuh pasukan Rusia.
1. Protes Sikap Raja Abdullah II, Pangeran Yordania Lepas Gelar Kerajaan
Pangeran Yordania sekaligus saudara tiri Raja Abdullah II, Hamzah bin Hussein, melepas gelar kerajaan sebagai bentuk protes atas kepemimpinan sang kakak yang dianggap anti terhadap kritik.
Hamzah mengumumkan keputusan mengejutkan itu pada Minggu (3/4) melalui Twitter.
Ia mengaku mencopot gelar kerajaan kerana prinsip dan keyakinannya tak bisa diganggu gugat dengan "pendekatan, kebijakan, dan metode kerajaan kami saat ini."
Hamzah berhenti mengkritik Raja Abdullah II dan elite penguasa lainnya sejak April 2021, ketika ia menjadi tahanan rumah karena diduga ingin menggulingkan Raja Abdullah II.
Pemerintah Yordania saat itu mengklaim Hamzah berhubungan dengan pihak asing untuk mengguncang negara itu. Amman mengklaim telah menyelidiki Pangeran Hamzah selama beberapa waktu terakhir.
2. Ogah Mundur, PM Pakistan Blokir Mosi Tak Percaya dan Bubarkan Parlemen
Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan, berencana menggelar pemilihan umum setelah wakil ketua parlemen membatalkan mosi tidak percaya untuk menggulingkan sang PM pada Minggu (3/4).
Wakil ketua parlemen sekaligus anggota partai yang sama dengan Khan memblokir mosi tidak percaya yang diajukan pihak oposisi hingga memicu kecaman dan tuduhan pengkhianatan yang dilakukan pemerintah.
Wakil ketua parlemen menganggap upaya mosi tidak percaya itu sebagai bagian dari konspirasi asing dan langkah yang melanggar konstitusi.
Sementara itu, banyak pihak menganggap Khan dapat dilengserkan dan oposisi bisa berkuasa jika mosi tidak percaya itu digelar.
3. 410 Jasad Korban Rusia Bergelimpangan Dekat Kyiv, Warga Ukraina Trauma
Ukraina melaporkan temuan 410 jasad korban Rusia bergelimpangan di jalan-jalan kota di dekat Kyiv. Pihak berwenang langsung berupaya menghimpun keterangan, tapi warga masih trauma.
Kebanyakan jasad tersebut ditemukan di Kota Bucha, di mana 300 warga dilaporkan tewas karena dibunuh pasukan Rusia.
Wali Kota Bucha, Anatoliy Fedoruk, mengatakan tentara Rusia membunuh warga, sementara pasukan Chechen mengontrol daerah tersebut. Begitu banyak korban, Ukraina sampai-sampai membuat kuburan massal.
Rusia sendiri membantah laporan ini. Mereka menuding Ukraina dan Barat sengaja membuat isu tersebut untuk menggiring opini publik.
(has)