Abstain di PBB soal Rusia, RI Disebut Jaga Relasi dengan Putin
Sejumlah pengamat politik internasional menilai keputusan Indonesia memilih abstain dalam resolusi Majelis Umum PBB soal penangguhan status Rusia di Dewan HAM adalah langkah pragmatis.
Resolusi Majelis Umum PBB itu dibuat sebagai tanggapan organisasi menyusul dugaan pelanggaran HAM yang dilakukan Rusia di Ukraina selama invasi berlangsung.
Di satu sisi, pengamat menilai posisi abstain diambil Indonesia karena ingin menjaga hubungan baik dengan Rusia. Sisi lainnya, Indonesia berupaya bersikap netral menyusul posisi Jakarta yang tahun ini sedang menjabat sebagai tuan rumah G20.
"Karena sudah yakin mayoritas akan mendukung (resolusi), maka untuk menjaga hubungan baik dengan Rusia, Indonesia kali ini pilih abstain," kata Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Pelita Harapan, Aleksius Jemadu, kepada CNNIndonesia.com, Jumat (8/4).
"Tampak sekali pragmatisme Indonesia yang sedang merangkul semua pihak sebagai presiden G20," paparnya menambahkan.
Pragmatisme yang Aleksius maksud yakni keputusan Indonesia dipicu karena kepentingan praktis daripada komitmen normatif untuk penegakkan HAM.
Selain itu, menurut Aleksius, keputusan Indonesia untuk abstain tepat karena dapat membuktikan kepada dunia, terutama pihak Barat bahwa Jakarta tak mudah ditekan.
"Indonesia tidak sendiri dan Barat akan semakin paham bahwa Indonesia tidak mudah untuk dipengaruhi agar memusuhi Rusia," jelas Aleksius lagi.
Baru-baru ini, Indonesia terus ditekan oleh negara Barat untuk tak mengundang Rusia dalam rangkaian KTT G20. Amerika Serikat Cs juga mendesak Indonesia tak mengundang Presiden Rusia Vladimir Putin yang berencana hadir dalam pertemuan puncak G20 di Bali, Oktober mendatang.
Amerika bahkan mengancam tidak akan hadir dalam seluruh rangkaian G20 jika masih ada delegasi Rusia yang ikut serta.