Rusia Diduga Buat Kamp Penyaringan di Ukraina Bak saat Invasi Chechnya

CNN Indonesia
Minggu, 10 Apr 2022 10:30 WIB
Rusia diduga mengirim warga Ukraina Mariupol ke kamp-kamp penyaringan di Donestk untuk menghapus jejak kejahatan perangnya di Ukraina.
Seorang tentara Rusia berdiri di samping penduduk setempat yang mengantre untuk bantuan kemanusiaan yang dikirimkan selama konflik Ukraina-Rusia, di pelabuhan selatan Mariupol yang terkepung. (Foto: REUTERS/ALEXANDER ERMOCHENKO)

Sebelumnya, beredar kabar bahwa banyak warga di Mariupol dipaksa pergi ke Rusia alih-alih dievakuasi ke wilayah aman di Ukraina. Wali Kota Mariupol, Vodym Boichenko, mengaku beberapa tetangga dan rekannya di kota itu turut dibawa paksa ke Rusia.

"Seorang pria bersenjata datang di malam hari dan mengatakan ini adalah evakuasi. Orang-orang yang berada di bunker selama sekitar 20 hari keluar, mereka ditempatkan di mobil dan dibawa pergi. Pagi harinya, mereka melihat bahwa ini bukan Ukraina," kata Boichenko.

"Setelahnya, mereka ditempatkan di kereta dan dibawa pergi ke pedalaman Federasi Rusia," paparnya menambahkan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

CNN mewawancarai sepuluh orang, termasuk warga lokal Mariupol. Banyak dari mereka mengatakan pasukan Rusia dibantu pasukan separatis Donetsk pergi ke bunker dan memerintahkan pengungsi pergi. Tidak ada yang tahu ke mana mereka dibawa.

Beberapa sumber menyatakan warga tersebut tidak peduli mau dibawa ke mana, mengingat mereka terjebak di bunker selama beberapa pekan. Mereka juga menilai tempat mana pun bakal lebih aman dari Mariupol.

Namun, beberapa yang telah tiba di Rusia merasa khawatir dengan keselamatan mereka.

Salah satu warga Ukraina, Andrey, mengatakan bahwa ia sempat dibawa ke 'kamp penyaringan' Dokuchaevsk oleh pasukan Rusia. Sidik jarinya diambil, ia difoto, ponselnya diselidiki, dan kontaknya disalin.

Menurut informasi dari Iryna, istri Andrey, suaminya masih berupaya kembali ke Ukraina.

CNN mendapatkan kisah ini dari Iryna, yang memberikan pesannya bersama Andrey di WhatsApp dan Telegram.

"Dia tidak ingin pergi ke Rusia, dia ingin kembali ke rumah. Namun di situasi seperti ini, penting untuk mengambil keputusan. Entah pergi ke sana dan hidup, atau berada di Mariupol lalu mati karena peluru atau tertimpa puing," tutur Iryna.

(pwn/rds)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER