Empat tahun usai menerima sambutan hangat di seluruh negeri karena memenangkan Piala Dunia kriket pada 1992, Khan memutuskan bergabung dengan politik.
Ia mendirikan Pakistan Tehreek-e-Insaaf (PTI) pada 1996, namun baru pada 2011 pesannya bergema di publik. Saat itu, ia mengadakan rapat umum besar-besaran di Lahore yang mengejutkan para komentator politik dan membunyikan alarm bagi oposisi.
Pada pemilu 2013, Khan tampak sukses menggaet kaum muda. Dia sempat menyulitkan dua partai politik utama yaitu Liga Muslim Pakistan-Nawas dan Partai Rakyat Pakistan yang sejak lama bergiliran memerintah negara itu sebelum dia naik ke tampuk kekuasaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Partainya muncul sebagai partai terbesar di provinsi Khyber Pakhtunkhwa dan membentuk pemerintahan koalisi di provinsi tersebut bersama Jamaat-e-Islami pada 2013.
Dalam pemilihan pada Juli 2018, partainya memenangkan kursi terbanyak dan membentuk pemerintahan di provinsi tengah, Khyber Pakhtunkhwa dan Punjab.
Pada 2018, setelah lebih dari dua dekade perjuangannya dalam politik, Khan berhasil mencapai mimpinya sebagai perdana menteri. Dalam pemilu saat itu, ia berjanji untuk memberantas kemiskinan dan korupsi di Pakistan.
Masa jabatannya membuatnya menghadapi banyak rintangan, mulai dari kenaikan inflasi hingga pandemi global. Pemerintahan Khan juga sempat menangani rekor penurunan cadangan devisa, dan tahun lalu menerima dana talangan $6 miliar dari Dana Moneter Internasional.
Pada 2019, permusuhan antara Pakistan dan India menyebabkan bentrokan antar kedua negara bersenjata nuklir tersebut. Diplomasi kedua negara pun sempat menyebabkan kebuntuan yang berlangsung cukup lama.
Dikutip CNN, tahun berikutnya pun Khan diuji akibat pandemi Covid-19. Lalu pada Agustus 2021, Khan juga menyaksikan ketika Taliban memulai pemberontakan di Afghanistan.
Pakistan diketahui memiliki hubungan yang dalam dengan kelompok ekstremis dan telah lama dituduh mendukung Taliban.
(blq/rds)