ANALISIS

Membaca Gelagat RI di tengah Desakan Barat Boikot Putin di G20

Anisa Anggriaeni | CNN Indonesia
Senin, 11 Apr 2022 09:49 WIB
Sejumlah pihak mendesak Indonesia lebih tegas dan lugas merespons desakan Barat untuk mengucilkan Rusia di forum G20. Apakah diplomasi RI gagal?
(Foto: Laudy Gracivia)

Guru Besar Hukum Internasional dari Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, menganggap terlalu jauh jika menyimpulkan diplomasi RI gagal menengahi dampak invasi Rusia ke Ukraina di G20.

"Indonesia tidak gagal tapi justru menjalankan presidensi dengan baik yaitu mengundang semua anggota," kata Hikmahanto kepada CNNIndonesia.com pada Jumat (8/4).

Sementara itu, pengamat dari Universitas Islam Negeri Jakarta, Achmad Ubaedillah, juga mengatakan hal serupa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ubaedillah menilai saling gertak dan saling ancam merupakan hal yang biasa dalam berdiplomasi.

"Belum bisa dikatakan gagalnya diplomasi RI. Masih ada waktu Menteri Luar Negeri RI Retno [Marsudi] dan jajaran diplomat RI untuk melakukan pendekatan dan lobi-lobi kepada negara Barat, sekutu NATO," kata dia saat dihubungi CNNIndonesia.com pada Jumat (8/4).

Indonesia selama ini menerapkan politik luar negeri yang bebas aktif dalam, termasuk menghadapi konflik Rusia-Ukraina.

Bebas aktif, menurut Ubaedillah, yakni netral progresif dan tidak memihak blok mana pun. Namun, Indonesia harus tetap berusaha melibatkan diri dalam upaya perdamaian dan resolusi konflik.

Upaya yang bisa ditempuh RI dalam berdiplomasi, lanjut dia, bisa dimulai dari tingkat tinggi hingga menteri.

"Total diplomasi, presiden, Menlu dan jajarannya harus turun gunung untuk melobi semua pimpinan negara G20," kata Ubaedillah.

Ia menilai diplomasi baru bisa disebut gagal jika selama acara G20 tak ada utusan dari negara anggota yang hadir baik dari tingkat menteri hingga kepala negara.

Jika itu terjadi, Ubaedillah menganggap, dunia akan mencatat Indonesia sebagai presiden yang tidak bisa memaksimalkan peran untuk menciptakan perdamaian.

Ubaedillah juga menjelaskan, jika Rusia atau Barat absen dalam pertemuan G20, dampaknya tak terlalu signifikan bagi Indonesia.

"Dampaknya ada meskipun tidak banyak. Hubungan ekonomi terganggu saja. Terutama terkait dengan pengadaan suku cadang alat utama sistem pertahanan kita," jelas Ubaedillah.

Meski posisi Indonesia terjepit saat menjadi presidensi G20 ada upaya yang tetap bisa ditempuh.

Ubaedillah menyarankan agar RI mengundang semua anggota G20, meski kemungkinan besar Rusia tak datang, dan lobi-lobi yang lebih kencang.

"Perhelatan G20 tetap berjalan sesuai jadwal. Ini tantangan dan pertaruhan RI di hadapan dunia," kata dia.

Bayang-bayang Invasi Rusia di G20

Senada, Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Pelita Harapan, Aleksius Jemadu, juga menilai diplomasi RI belum bisa disebut gagal.

"Belum bisa dikatakan gagal karena Indonesia belum mulai bergerak dengan diplomasinya menjangkau semua pihak," jelas dia saat dihubungi CNNIndonesia.com.

Keputusan Indonesia mengundang Rusia, lanjutnya, bukan untuk pemerintahan Putin tapi bagi rakyat Negeri Beruang Merah.

"Jadi Rusia tetap diundang dan Indonesia tetap pegang teguh prinsip untuk recover together recover, stronger (Slogan G20 di bawah Presidensi Indonesia). Urusan Barat benci Putin bukan hirauan kita," tegas dia.

Menurut Aleksius, Presiden G20 bertugas memulihkan dunia dari krisis. Indonesia fokus saja ke tugas pokok dan fungsi selama menjadi tuan rumah dan ketua forum ini.

"Nanti Barat akan [melihat] kesungguhan kita untuk pulihkan dunia dari krisis. Biarkan Barat selesaikan sendiri urusannya dengan Putin," tegas dia.

Sementara itu, peneliti senior Center for strategic and International Studies (CSIS), Rizal Sukma, menilai pemerintah perlu memastikan negara anggota G20 justru fokus membahas solusi dari dampak perang Rusia-Ukraina, terutama dalam hal ekonomi.

Rizal menganggap dampak perang kedua negara itu tak bisa dianggap remeh. Misalnya, lonjakan harga komoditas mulai dari pangan hingga energi.

"Jika tidak ada komitmen untuk itu, sebaiknya Indonesia membatalkan saja G20 itu dan menyerahkan kepada ketua berikutnya," ujar Rizal dalam diskusi Rusia-Ukraina Konflik Rusia - Ukraina: Sanksi Ekonomi dan Implikasi Global, Regional dan Lokal pada Kamis (7/4).

Sebagai upaya diplomasi lebih lanjut Menlu Indonesia dikabarkan akan berkunjung ke Eropa. Dalam kunjungan itu mereka akan membahas G20 hingga peperangan Rusia vs Ukraina.

(rds)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER