Angkatan bersenjata Ukraina mengklaim pasukan Rusia mengalami masalah suplai saat tengah bersiap melakukan serangan lagi di wilayah timur negara itu.
"Militer Rusia terus mengeluhkan kurangnya rotasi, peralatan yang tak bisa bekerja, kualitas makanan dan suplai bahan bakar," demikian tulis militer Ukraina dalam sebuah pernyataan di Facebook, Minggu (17/4), sebagaimana dilansir CNN.
Dikatakan juga pasukan Rusia terus melakukan penjarahan dan kekerasan terhadap warga di daerah yang mereka kuasai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Aksi ini didukung komando militer mereka," lanjut pernyataan tersebut.
Sementara itu, pasukan Ukraina yang bertanggung jawab atas aksi militer di wilayah timur, mengatakan mereka berhasil menggagalkan sepuluh serangan Rusia pada Sabtu (16/4). Mereka juga mengklaim berhasil menghancurkan 15 tank dan peralatan Rusia lain.
Meski demikian, serangan Rusia di Ukraina tak berhenti.
Kepala Administrasi Militer Luhansk, Serhii Haidai, mengatakan sebanyak empat gedung di Kota Severodonetsk menjadi sasaran serangan dan terbakar. Namun, ia tidak memberikan detail korban serangan tersebut.
Haidai juga sempat memprediksi 70 persen wilayah kota itu telah hancur.
"Hampir tidak ada satupun yang bisa dihancurkan di sana. Musuh telah menghancurkan perumahan dalam enam pekan terakhir," tuturnya.
Selain itu, Haidai menyampaikan satu orang terluka akibat serangan di Kota Kreminna beberapa waktu lalu.
Setelah gagal menguasai Kyiv, pasukan Rusia mundur dan memfokuskan serangan mereka di wilayah timur Ukraina.
Namun, kemunduran pasukan Rusia membawa kengerian bagi Ukraina. Pihak berwenang menemukan puluhan mayat tergeletak di jalan Kota Bucha.
Tak hanya itu, mereka juga menemukan kuburan massal yang diprediksi memuat ratusan tubuh manusia.
(pwn/fea)