Jakarta, CNN Indonesia --
Sejumlah saksi mata, dokumen yang dibuang, serta unggahan media sosial menunjukkan bahwa beberapa pasukan elite Rusia hingga Chechen terlibat di balik horor pembantaian di Bucha, Ukraina.
Mengutip dari Reuters, Sabtu (7/5), pasukan militer tersebut di antaranya yakni pasukan elite, mantan pengawal Presiden Vladimir Putin, pasukan Chechen, hingga penerjun payung.
Mereka ditemukan berdasarkan hasil penelusuran Reuters selama tiga minggu di Bucha. Wartawan Reuters melakukan investigasi bukti foto dan video yang dibagikan penduduk setempat dan memeriksa dokumen yang dibuang oleh Rusia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagian besar bukti dan kesaksian warga berfokus pada Jalan Yablunska, sebuah jalan raya sepanjang 4,5 kilometer di mana sekumpulan mayat warga sipil dibiarkan di tempat terbuka.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengklaim bahwa pembantaian di Bucha hanyalah rekayasa. Ia mengatakan cerita yang tersebar kini merupakan kebohongan belaka.
"Cerita Bucha adalah rekayasa dan palsu. Untuk detailnya, Anda perlu mendekati Kementerian Pertahanan," ujar Peskov saat ditanya mengenai operasi militer Rusia di Bucha.
Namun, saat dikonfirmasi ke kementerian maupun militer Rusia, tidak ada satupun yang menanggapi pertanyaan Reuters.
Dugaan keterlibatan pasukan keamanan elite Rusia hingga Chechen di Bucha, baca di halaman berikutnya...
[Gambas:Video CNN]
Pasukan keamanan elite Vityaz Rusia merupakan salah satu pasukan yang ditemukan berada di lokasi kejadian. Vityaz berada di bawah komando Garda Nasional Rosgvardiya yang dipimpin langsung oleh Viktor Zolotov. Ia merupakan mantan pengawal Presiden Rusia yang melapor langsung ke Putin.
Pasukan lainnya yaitu pasukan penerjun payung dari Divisi Serangan Udara Pengawal ke-76 di Bucha. Pasukan itu ditemukan melakukan tindak kekerasan terhadap pria tak bersenjata.
Divisi Serangan Udara Pengawal ke-76 merupakan pasukan yang berada di bawah Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu, seorang loyalis Putin. Baik Kementerian Pertahanan maupun Shoigu tak membuka suara terkait hal ini.
Lebih lanjut, tiga unit Pasukan Chechen juga tampak beroperasi di sekitar Bucha selama bulan Maret. Chechen ditemukan berada di Bucha berdasarkan keterangan saksi mata dan hasil pencocokan video. Meski begitu, pihak berwenang Chechen tidak menanggapi pertanyaan tentang kegiatan pasukan mereka di daerah tersebut.
Menanggapi lebih dari 400 laporan kematian di Bucha, Presiden AS Joe Biden mengecam Putin sebagai "penjahat perang". Namun, kecamannya itu ditanggapi Kremlin sebagai tindakan "tak termaafkan".
Rusia membantah pasukannya melakukan kekejaman dan mengklaim bahwa gambar mayat di jalan-jalan Bucha adalah palsu. Mereka menyebut invasinya di Ukraina sebagai operasi khusus untuk demiliterisasi dan "denazifikasi" Ukraina.
Terkait hal ini, Kejaksaan Ukraina menyatakan tengah menyelidiki lebih dari sembilan ribu potensi kejahatan perang oleh pasukan Rusia. Pengadilan Kriminal Internasional juga sedang menyelidiki potensi pelanggaran hak asasi manusia dalam perang tersebut.
Pada April, Jaksa Agung Ukraina mengumumkan bahwa pihaknya telah mengidentifikasi 10 tentara Rusia yang dicurigai melakukan pelanggaran terhadap warga sipil di Bucha. Sebanyak 323 proses pidana juga tengah diselidiki saat ini.