Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di bawah Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) tengah mengumpulkan bukti atas dugaan kejahatan perang yang dilakukan Rusia di beberapa fasilitas kesehatan Ukraina, Sabtu (7/5).
"Serangan internasional terhadap fasilitas-fasilitas kesehatan melanggar hukum kemanusiaan internasional. Hal seperti itu, berdasarkan investigasi dan atribusi dari serangan, menggambarkan kejahatan perang dalam situasi apapun," tutur Direktur Kegawatdaruratan WHO, Mike Ryan dalam sebuah konferensi pers bersama Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, seperti dikutip dari Reuters, Minggu (8/5).
"Kami terus mendokumentasikan dan bersaksi atas serangan ini, dan kami percaya sistem PBB dan Pengadilan Kriminal Internasional dan lainnya akan melakukan investigasi yang diperlukan untuk menyelidiki motif kriminal di balik serangan ini," imbuh Tedros.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, Ryan menerangkan WHO telah mencatat sebanyak 200 serangan di rumah sakit dan di klinik di Ukraina, meski pihak yang terlibat telah diimbau agar tak menyerang fasilitas tersebut.
Ryan juga menegaskan 200 serangan itu tak menggambarkan seluruh serangan yang terjadi di fasilitas medis Ukraina, melainkan hanya yang diverifikasi WHO.
Sementara itu, Tedros menegaskan dukungan WHO kepada warga di Ukraina.
"Pesan saya terhadap semua warga Ukraina adalah ini, WHO berdiri bersama Anda. Kami terus mendesak Federasi Rusia untuk menghentikan perang," katanya.
Sementara itu, menurut dokumen yang diterima Reuters pada Kamis (5/5), negara anggota WHO berencana mengeluarkan resolusi untuk menekan Rusia. Dalam resolusi itu, WHO dikabarkan bakal menutup kantor regional mereka di ibu kota Rusia, Moskow, pada Selasa (10/5).
Sebelumnya, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengklaim Rusia telah menyerang hampir 400 fasilitas kesehatan di Ukraina.
Di sisi lain, Rusia terus membantah tuduhan Ukraina dan negara Barat terkait kejahatan kemanusiaan. Mereka juga membantah menargetkan warga sipil dalam perang di Ukraina.