Covid Tak Kunjung Reda, China Batasi Warga ke Luar Negeri

CNN Indonesia
Sabtu, 14 Mei 2022 10:48 WIB
Imigrasi China mengatakan perjalanan hanya diizinkan untuk tujuan esensial, seperti pekerjaan, studi, bisnis dan penelitian ilmiah.
Ilustrasi. China memberlakukan pembatasan perjalanan ke luar negeri seiring dengan penerapan kebijakan
Hong Kong, CNN Indonesia --

China memberlakukan pembatasan perjalanan ke luar negeri seiring dengan penerapan kebijakan "zero-Covid". Pemerintah melarang warga pergi ke luar negeri untuk kepentingan nonesensial.

Dikutip dari CNN, Sabtu (14/5), Imigrasi Nasional China akan memperketat proses peninjauan penerbitan dokumen perjalanan seperti paspor, serta membatasi jumlah warga yang akan pergi ke luar negeri. Perjalanan hanya diizinkan untuk tujuan esensial, seperti bekerja, studi, bisnis dan penelitian ilmiah, serta mencari perawatan medis.

Permohonan perjalanan bagi mereka yang perlu pergi ke luar negeri untuk membantu penanganan pandemi atau mengangkut sumber daya bantuan bencana akan dipercepat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pihak imigrasi mengklaim langkah tersebut perlu dilakukan untuk mengurangi risiko infeksi ketika masyarakat meninggalkan China dan membawa virus ketika memasuki negara itu.

Namun, pemerintah China tidak mengungkapkan secara rinci bagaimana mereka dapat menegakkan pembatasan baru tersebut atau mencegah calon pelaku perjalanan memiliki dokumen perjalanan yang sah untuk pergi.

Adapun kebijakan pembatasan baru tersebut menjadi pembatasan perjalanan paling ketat China dalam beberapa dekade. Kebijakan ini pun mendapatkan beragam respons dari warga China.

"Jangan keluar kecuali perlu, jangan tinggalkan negara kecuali perlu, jangan lahir kecuali perlu," tulis seorang netizen China di Weibo sebagai reaksi terhadap kebijakan tersebut.

Warga lain menduga pemerintah membatasi perjalanan ke luar negeri karena khawatir banyak orang berusaha melarikan diri akibat pemerintah akan memberlakukan lockdown, terutama di Ibu Kota Beijing di mana kasus Covid-19 meningkat.

Ketakutan ini diperparah dengan kekacauan dan disfungsi yang terjadi di kota-kota yang sudah diterapkan lockdown, seperti di Shanghai.

Adapun perjalanan ke luar negeri bagi warga negara China sangat dibatasi hingga awal 2000-an, tetapi berkembang pesat ketika pendapatan rumah tangga meningkat dan pemerintah melonggarkan aturan.

Menurut Administrasi Imigrasi China, ada 670 juta perjalanan ke luar negeri pada 2019 yang merupakan tahun perjalanan normal terakhir sebelum pandemi.

Namun, jumlahnya terus menurun. Pada 2021, tercatat hanya ada sekitar 73 juta perjalanan masuk dan keluar.

Sementara itu, sebelum pengumuman tentang kebijakan larangan perjalanan nonesenseial ini, perjalanan masuk dan keluar China sudah terbilang sulit.

Hanya warga negara China, pemegang visa spesial, pemegang izin tinggal yang dapat masuk ke China. Penerbangan pun dibatasi dan biayanya sangat mahal.

Frustrasi publik pun terus meningkat selama beberapa bulan terakhir karena pemerintah memberlakukan lockdown meski hanya terdapat beberapa kasus Covid-19.

Saat ini setidaknya ada 32 kota di China diberlukan lockdown penuh atau parsial yang berdampak pada 220 juta orang. Salah satu kota yang saat ini lockdown adalah Shanghai yang merupakan pusat keuangan.

Sepanjang April, warga yang terpaksa berada di rumah dilaporkan tidak dapat mengakses makanan, obat-obatan, atau persediaan penting lainnya.

Warga pun khawatir Beijing yang merupakan Ibu Kota negara akan menjadi target lockdown berikutnya. Pemerintah setempat telah mengimbau warga untuk tetap di rumah dan memulai tes massal.

Imbauan ini mendorong warga melakukan panic buying. Mereka membeli kebutuhan pokok untuk berjaga-jaga jika pemerintah memberlakukan lockdwon.

Namun, pemerintah membantah akan melakukan lockdown dan meminta masyarakat untuk tidak menimbun makanan. Pemerintah menegaskan suplai makanan masih cukup tersedia.

(fby/tsa)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER