Kim Jong-un mengatakan bahwa penyebaran Covid-19 yang baru terdeteksi di Korea Utara selama beberapa hari belakangan memicu pergolakan terbesar sejak negara itu berdiri.
"Penyebaran penyakit berbahaya itu menjadi pergolakan terbesar di negara kami sejak DPRK berdiri," ujar Kim merujuk pada nama resmi Korut, sebagaimana dilansir kantor berita KCNA.
Seorang profesor dari Universitas Ewha di Seoul, Leif-Eric Easley, menganggap Kim ingin menempatkan dirinya "di depan dan tengah" dalam upaya Korut merespons pandemi Covid-19 yang diperkirakan bakal makin parah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bahasa yang ia gunakan mengindikasikan situasi di Korut akan semakin buruk terlebih dulu sebelum akhirnya membaik," ucap Easley kepada AFP.
Ia kemudian berkata, "Publik melihat retorika ini sebagai cara mempersiapkan jalan bagi bantuan internasional, tapi Kim mungkin mempersiapkan populasi untuk pengorbanan lebih jauh."
Kim memang sedang terus berupaya menggalang kekuatan dalam negeri setelah Korut melaporkan temuan Covid-19 pada Kamis lalu, untuk pertama kalinya sejak dunia dilanda pandemi dua tahun lalu.
Sehari kemudian, Korut mulai melaporkan kasus kematian akibat Covid-19. Pada Sabtu (14/5), Korut kembali melaporkan 21 kasus kematian akibat "demam."
Korut pun langsung menggelar rapat besar-besaran. Dalam rapat pada Sabtu, sejumlah pejabat tinggi mendiskusikan distribusi obat-obatan dan cara lain untuk "meminimalkan kematian."
Mereka harus mencari jalan keluar di tengah keburukan sistem kesehatan Korut. Ditambah lagi, Korut tak punya vaksin Covid-19 dan belum pernah mengadakan tes Covid-19 massal sama sekali selama ini.
Meski demikian, Kim memastikan bahwa Korut bakal "belajar secara aktif" dari strategi China untuk menanggulangi pandemi Covid-19.
(has)