Harga obat-obatan herbal yang tak berkaitan dengan Covid-19 meroket di Korea Utara saat negara ini dihantam gelombang virus corona. Harganya melonjak dari dua kali lipat hingga lebih.
Seorang penduduk di Provinsi Pyongan Utara mengatakan semua obat flu yang diproduksi China telah hilang.
Lihat Juga : |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena jumlah pasien virus corona meningkat pesat akhir-akhir ini, obat demam dan flu jadi tidak tersedia," kata dia dikutip Radio Free Asia akhir pekan lalu.
Sementara itu, harga obat-obatan herbal yang tidak terkait dengan pengobatan Covid-19 melonjak tajam.
Misalnya harga uhwang-cheongsimhwan, pil yang terbuat dari sekitar 30 herbal, dari 10 ribu won atau Rp23 ribu menjadi 25 ribu won (Rp64 ribu).
Harga obat herbal lain, uhwang-angunghwan, telah naik menjadi 35 ribu won (Rp404 ribu) dari 15 ribu won (Rp175 ribu), dan obat herbal sochewan naik menjadi 8.000 won.
Obat demam dan meriang tak tersedia usai Komite Pusat Partai Pekerja Korea Utara mulai menerapkan sistem karantina darurat secara maksimal.
Rumah sakit akan kebanjiran pasien, namun obat-obatan tak cukup tersedia bagi mereka yang terinfeksi.
"Mungkin kasus kematian akan bertambah karena mereka [petugas RS] tak menerima obat yang meringankan gejala [Covid]," kata salah satu petugas medis.
Petugas medis profesional juga memperingatkan orang yang berhasil mendapat obat dingin harus berhati-hati karena bisa saja itu produk palsu.
"Kadang perusahaan farmasi dan penjual obat menjajakan obat-obat dingin, tapi banyak dari itu yang palsu. Bahkan ada kasus demam tinggi dari provinsi Changijon meninggal karena mengonsumsi obat menggigil," jelas dia.
Lonjakan kasus Covid-19 di Korut tak sejalan dengan fasilitas kesehatan dan kapasitas pengujian negara itu.
Korut disebut telah memulai program vaksinasi massal, namun hingga kini belum mencapai satu persen dari total penduduk.
Selain itu, Korut memiliki kemampuan tes yang terbatas. Hal ini meningkatkan kekhawatiran betapa sulit menilai seberapa luas dan cepat wabah menyebar. Termasuk memverifikasi jumlah kasus dan kematian yang dikonfirmasi.
Per Selasa (16/5) malam, Badan pencegahan epidemi darurat Korut melaporkan sebanyak 269.519 orang memiliki gejala demam yang diduga terkait Covid-19. Sementara itu, 56 orang dilaporkan meninggal.