Pusat batu bara di India, Jarkhand, menjadi salah satu yang terdampak imbas 'cuaca neraka' di negara itu yang mencapai 42-45 derajat celsius.
Gelombang panas di India berdampak pada krisis listrik di negara itu, tak terkecuali di Jharkhand. Padahal, kota ini merupakan salah satu produsen batu bara utama India yang memiliki 150 tambang.
Batubara menjadi bahan bakar lebih dari 70 persen pembangkit listrik negara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Banyak penduduk di wilayah kaya batubara ini mengeluh akibat pemadaman listrik yang terlampau sering sehingga mengganggu kehidupan dan pekerjaan mereka.
"Ada tambang batu bara terbuka di tempat yang dulunya merupakan tanah saya. Namun, kami tak ada listrik selama 10 jam atau lebih," kata salah satu warga Jarkhan, Rajak (30) dikutip Reuters pada Kamis (26/5).
Ia kemudian bercerita, "Kami telah terbakar polusi ini selama bertahun-tahun karena tambang batu bara, tetapi belum mendapatkan apa-apa. Yang saya mau hanya istri saya nyaman dan bisa mandi di rumah."
Panas ekstrem di India mendorong penggunaan listrik ke level tertinggi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Banyak orang-orang yang menyalakan AC, sehingga memicu pemadaman listrik.
Menanggapi keluhan warga, pejabat dewan listrik Jarkhan mengatakan, wilayah tersebut memiliki daya yang cukup untuk memenuhi permintaan di musim panas. Daya itu tercatat sekitar 2.600 megawatt dari utilitas listrik federal, swasta, dan milik negara.
Direktur pelaksana perusahaan distribusi tenaga listrik negara bagian Jharkhand KK Verma mengatakan selama Jharkhand mendapat alokasi penuh dari perusahaan listrik pusat, tidak ada kekurangan listrik di negara bagian.
Namun, direktur program polusi industri di Pusat Sains dan Lingkungan Nivit Kumar Yadav, punya penilaian sendiri.
Bagi dia, ketergantungan itu merupakan inti dari krisis listrik negara. Sebab, pembangkit tingkat nasional tak mampu memenuhi permintaan, sebagian karena kekurangan batu bara yang parah.
"Jharkhand belum menambahkan satu megawatt listrik dalam dua dekade dan telah membeli listrik dari pembangkit termal di negara bagian lain yang memiliki prioritas mereka sendiri," kata Yadav.
(isa/asr)