BJP pernah menjadi afiliasi Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS), kelompok Hindu di India yang tergila-gila dengan fasis Mussolini. Organisasi ini adalah induk supremasi Hindu: Hindutva, yang mana 'Hindu' tak ditentukan berdasarkan afiliasi agama tetapi kebangsaan, budaya dan ras.
RSS juga disebut organisasi Hindu ultrakonservatif yang mengabdikan diri untuk melestarikan dan memulihkan identitas Hindu di India, khususnya melalui pembentukan negara Hindu. Dan, Narendra Modi adalah anggota seumur hidup organisasi ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
The Guardian menuliskan, RSS telah menunjuk dirinya sendiri sebagai penengah makna teologis dan arsitek negara-bangsa Hindu.
Sebelum Modi duduk di kursi perdana menteri, BJP lebih dulu mendapat popularitasnya di India.
Pada 1996, BJP mengantongi mayoritas kursi di parlemen untuk pertama kalinya. Partai ini menerapkan nasionalisme Hindu dan mendorong pelarangan penyembelihan sapi, daging yang dimakan umat Islam saat idul Adha, serta merebut kembali Kashmir sebagai wilayah India.
BJP semakin meraih popularitas di tingkat nasional dan negara bagian.
Pada 2001, Modi menjadi kepala menteri negara bagian Gujarat. Setahun setelahnya, serangkaian kerusuhan Hindu-Muslim di wilayah tersebut meletus.
Kejadian bermula saat kereta peziarah Hindu dari Ayodhya diserang dan dibakar ribuan penduduk desa yang diduga beragama Islam. Imbas insiden ini 60-orang tewas.
Serangan itu menyebabkan kerusuhan besar-besaran di Gujarat. Nama Modi pun semakin melambung di kalangan nasional dan internasional karena dianggap membenarkan tindakan pembunuhan orang tak bersalah. Ia juga menolak meminta maaf atas insiden tersebut.
Namun, kontroversi seputar peran Modi dalam kerusuhan tak menjadi titik hitam bagi BJP. Partai ini malah menunjuk Modi sebagai calon perdana menteri mereka pada 2013.
Sepanjang kampanye di tahun berikutnya, Modi berusaha menarik diri dari retorika Hindutva yang menjadi strategi andalan menggalang massa.
Alih-alih fokus ke perkembangan ekonomi cepat Gujarat, BJP secara keseluruhan masih menggunakan retorika nasionalis, termasuk para pemimpin yang menyerukan pengusiran Muslim dari daerah-daerah Hindu dan para pengkritik Modi untuk pindah ke Pakistan, demikian dikutip Asian Studies.
Modi telah menjadi advokat Hindutva sepanjang karir politiknya. Namun, sejak menjadi perdana menteri, ia juga menyadari perlunya menjaga ekstremis politik agar tak mengancam prospek pertumbuhan ekonomi India dan kemampuannya untuk menarik investasi internasional.
(isa/bac)