Ukraina Kunjungi Korsel, Perdana Sejak Perang Berkobar

CNN Indonesia
Rabu, 08 Jun 2022 02:07 WIB
Pejabat Ukraina mengunjungi Korea Selatan, untuk kali pertama sejak invasi Rusia terjadi, guna membahas rekonstruksi di negara Eropa Timur itu.
Ukraina jajaki kerja sama membangun perumahan dengan Korea Selatan. (REUTERS/ALEXANDER ERMOCHENKO)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pejabat Ukraina mengunjungi Korea Selatan, untuk kali pertama sejak invasi Rusia terjadi, guna membahas rekonstruksi di negara Eropa Timur itu.

Wakil Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Senik, tiba di Seoul pada Senin (6/6). Ia dilaporkan akan berada di Negeri Ginseng itu hingga besok Rabu (8/6).

Tujuan Senik datang ke Seoul yakni bertemu dengan sejumlah pejabat pemerintah dan pengusaha untuk menemukan cara membangun kembali Ukraina usai perang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Senik lalu bertemu dengan Wakil Menteri Luar Negeri Korsel, Lee Do-hoon, guna membahas bantuan kemanusiaan serta kerja sama untuk rekonstruksi pasca perang.

Sebelum pertemuan berlangsung, Kementerian Luar Negeri Korsel menyatakan berencana bertukar pendapat soal situasi di Ukraina.

"Membahas cara-cara untuk bekerja sama antara kedua negara di bidang-bidang seperti perdagangan, investasi, dan pembangunan," demikian pernyataan resmi Kemlu Korsel.

Lantaran alasan kesulitan mengimpor bahan bakar fosil Rusia, membuat Ukraina mencari dukungan dari Korea Selatan untuk kendaraan listrik dan proyek pembangunan perumahan.

[Gambas:Video CNN]

Sementara itu delegasi Korea telah lebih dulu bertolak ke Ukraina guna membahas sejumlah hal. Mulai dari restorasi regional, kerja sama bilateral, proyek bersama dan dukungan untuk pengungsi.

Delegasi tersebut dipimpin ketua Partai Kekuatan Rakyat, Lee Jun-seok. Mereka diperkirakan bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebelum pulang Kamis (10/6).

Dalam pertemuan itu Zelensky akan meminta Presiden Korsel Yoon Suk-yeol menghadiri Konferensi Reformasi Ukraina di Lugano, Swiss pada 4-5 Juli.

Ukraina masih berada dalam gempuran Rusia usai Presiden Vladimir Putin melancarkan invasi pada 24 Februari lalu. Hingga kini ledakan dan pertempuran terus terjadi. Baik Rusia dan Ukraina sama-sama mengalami kerugian dari sisi personel militer dan persenjataan.

Sebagai amunisi untuk terus melawan Rusia, Ukraina menggalang dukungan ke komunitas internasional untuk mengirim senjata, termasuk ke Korsel. Namun, Korsel masih menimbang apakah pemerintah akan menyediakan senjata. Pemerintah sebelumnya telah menolak permintaan tersebut.

Pada April lalu, sebelum pelantikan Yoon, Kementerian Pertahanan Korsel menanggapi Ukraina yang meminta sistem senjata anti-pesawat.

"Kami menegaskan posisi kami (di pihak Ukraina) bahwa dukungan untuk sistem senjata mematikan terbatas mengingat situasi situasi keamanan kami."

(isa/nva)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER