Cerita Murid SD Texas Pura-pura Tewas Lumuri Darah Saat Penembakan

CNN Indonesia
Jumat, 10 Jun 2022 03:23 WIB
Anak 11 tahun dari sekolah yang berada di tengah insiden penembakan massal, SD Robb Texas, berbagi cerita soal pengalaman mengerikan yang ia alami.
Doa warga Texas usai penembakan di SD Robb, AS. (Getty Images via AFP/JORDAN VONDERHAAR)
Jakarta, CNN Indonesia --

Anak 11 tahun dari sekolah yang berada di tengah insiden penembakan massal, SD Robb Texas, Amerika Serikat, berbagi cerita soal pengalaman mengerikan yang ia alami.

Murid SD tersebut mengaku sempat pura-pura tewas memilih melumuri tubuhnya dengan darah teman sekelas.

Kejadian itu Miah Cerillo ungkap kepada Komite Pengawas dan Reformasi DPR AS pada Rabu (8/6) saat menceritakan insiden pembunuhan massal yang menewaskan 21 orang di sekolahnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Cerillo bercerita di hari kejadian, kelas tengah menonton film dan bergegas lari ke meja guru saat penembak memasuki ruangan.

"Dia bilang ke guru saya 'selamat malam' dan kemudian menembaknya di kepala. Dan dia menembak beberapa teman kelas saya dan papan tulis," ungkap Cerillo mengenang peristiwa mengerikan itu.

Ia lanjut bercerita, "Saat saya berlindung di balik tas ransel, dia menembak teman saya yang ada di depan saya, dan saya kira dia akan kembali ke ruangan jadi saya ambil sedikit darah dan melumuri ke seluruh tubuh."

Cerillo ingat betul bagaimana ia hanya bisa diam, sebelum meraih ponsel gurunya dan menelepon 911.

"Saya bilang kami butuh bantuan dan [kami perlu] polisi memeriksa ruang kelas kami," tutur dia.

Namun, polisi di Uvalde hanya menunggu di luar pintu kelas dan tak melakukan apa-apa saat anak-anak sekarat. Para petugas itu kini berada dalam pengawasan ketat.

Cerillo ditanya apa yang ingin dia lihat usai serangan itu.

"Untuk menjaga keamanan, saya tak ingin itu terjadi lagi" katanya.

Siswi yang duduk di kelas 4 SD itu kerap mimpi buruk dan masih dalam proses pemulihan secara psikologis dari pecahan peluru di punggungnya.

[Gambas:Video CNN]

"Dia bukan lagi gadis kecil yang sama, yang biasa bermain dengan saya," kata ayah Miah, Migguel Cerillo.

Selain dari Cerillo, Kongres juga mendengar kesaksian dari ibu Lexi Rubio, salah satu korban di SD Texas itu.

"Kami tak ingin Anda mengira bahwa Lexi hanya sekedar data. Dia cerdas, penuh kasih dan atletis," ucap ibu Lexi.

Ia melanjutkan ceritanya, "Dia pendiam, pemalu, kecuali dia mengejar tujuan. Saat dia benar, sebagaimana biasanya, dia teguh dalam posisinya. Dia tegas, langsung, dan lantang. Jadi hari ini kami berdiri dengan Lexi dan yang disuarakan, kami menuntut tindakan."

Dokter anak yang mengunjungi sejumlah korban di Uvalde, Roy Guerrero, mengatakan dua mayat itu hancur dan terkoyak-koyak oleh peluru.

Usai serangkaian insiden penembakan massal di Amerika Serikat, dan tekanan dari publik, senat tengah berusaha mereformasi regulasi senjata di negara itu.

Kebijakan itu kemungkinan akan mengatur layanan kesehatan mental, keamanan sekolah, pemeriksaan ketat latar belakang pemilik senjata dan memberi insentif kepada negara bagian yang memungkinan pihak berwenang menyita senjata dari individu yang dianggap sebagai ancaman.

Namun, aturan itu kemungkinan tak mencakup larangan senjata serbu atau pemeriksaan latar belakang secara universal.

Di sisi lain, DPR dari fraksi Demokrat sebelumnya meloloskan proposal yang mengatur minimum usia pembeli senjata. Dari 18 tahun menjadi 21 tahun. Sayangnya, pengajuan ini tak menemui perkembangan alias mandek gegara perbedaan pendapat.

(isa/bac)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER