Sungai Aare membentang dari Koblenz ke Danau Thun. Alirannya membelah ibu kota Swiss, Bern. Sungai itu biasa jadi area renang atau rekreasi masyarakat Kota Bern.
Hal yang saya amati ketika kali pertama berenang di Sungai Aare, tak ada larangan yang ketat untuk berenang di sana.
Semua orang bisa langsung menceburkan diri dan berenang sesuka hati mereka. Hanya diri kita sendiri yang menakar kemampuan apakah bisa atau tidak berenang di sana.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam banyak insiden hanyut di Aare, bisa jadi penyebabnya karena salah memperkirakan kekuatan arus sungai dan kondisi lain yang berisiko membahayakan diri saat berenang. Sayangnya, penyebab kecelakaan seperti ini biasa terjadi di sana.
Terkait kasus Eril, ia berenang di Sungai Aare saat musim semi di Swiss. Di musim itu, suhu rata-rata udara berkisar 15 derajat Celsius. Di siang hari tertinggi mencapai 16 derajat Celsius. Sedang temperatur air bisa di bawah 10 derajat Celsius.
Risiko yang bisa dialami di antaranya adalah hipotermia hingga kram otot berenang di suhu air yang dingin bagi mereka yang tidak terbiasa.
Saya dengar Eril memang hobi berenang, bahkan bisa dibilang jago. Tapi tanpa mengurangi rasa hormat kepada mendiang, perenang andal sekali pun tak akan mampu menahan dinginnya temperatur air yang tak familier mereka alami.
Ditambah arus air yang lumayan kuat, situasinya tentu bisa berujung fatal berenang di sungai dengan suhu dingin tersebut.
Bagi kami yang terbiasa berenang di sungai-sungai Eropa, suhu seperti itu mungkin biasa saja. Tapi bisa jadi berbeda bagi turis asing dari daerah tropis seperti Indonesia.
Pada musim panas 2019, enam orang meninggal karena hanyut di Sungai Aare, seperti dikutip dari media Swiss, Radio Jura Bernois (RJB).
Tahun ini tiga orang, termasuk Eril, meninggal di sungai itu. Kecelakaan terjadi salah satunya di Canton of Solothurn, sebelum Kota Bern. Korban meninggal sebelum Eril adalah lansia 93 tahun dan pekerja konstruksi (41 tahun) dalam satu kejadian.
Lihat Juga : |
Pekerja bangunan loncat ke sungai untuk menolong lansia itu, tapi ia juga tenggelam terseret arus sungai. Jenazah mereka baru ditemukan beberapa jam kemudian.
Eril akhirnya ditemukan pada Rabu (8/6) pagi waktu Swiss. Namun hal yang cukup mengherankan bagi saya adalah pihak kepolisian dan tim SAR baru menemukan jenazahnya 15 hari setelah ia dinyatakan hilang.
Biasanya sepengetahuan saya, jenazah bisa ditemukan di sungai-sungai Swiss termasuk Aare sekitar 2-3 hari. Paling lama mungkin sekitar sepekan.
Kembali ke 'rambu-rambu' di Sungai Aare, saya pikir memang pemerintah Swiss, termasuk Kota Bern tak mungkin membuat larangan berenang bagi pihak tertentu. Di negara kami menganut asas bebas karena menyangkut hak dasar setiap manusia.
Namun, ada satu hal yang juga perlu diperhatikan bagi kepolisian perairan di sekitar sungai Swiss. Pengawasan sedianya lebih diperketat dengan kasus kematian warga asing yang berulang terjadi di sana, termasuk di Aare.
Papan-papan peringatan seharusnya diperbanyak lagi untuk wisatawan asing. Semisal suhu air yang sangat dingin dan bisa berisiko kram otot bagi orang yang tidak terbiasa dengan temperatur air di sungai atau danau Swiss.
(bac)