Xi Jinping Telepon Putin, Janji Mati-matian Dukung Kedaulatan Rusia
Presiden China Xi Jinping meyakinkan Presiden Rusia Vladimir Putin tentang dukungan Beijing terhadap Moskow, terutama soal "kedaulatan dan keamanan".
Dukungan itu diutarakan langsung Xi melalui panggilan telepon dengan Putin pada Rabu (15/6).
"China bersedia untuk terus menawarkan dukungan timbal balik (kepada Rusia) pada isu-isu mengenai kepentingan inti dan keprihatinan utama seperti kedaulatan dan keamanan," kata Xi melalui laporan lembaga penyiaran negara, CCTV.
Ini adalah percakapan telepon kedua yang antara kedua presiden sejak Putin melancarkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari lalu.
China menolak mengutuk invasi Moskow ke Ukraina. Meski begitu, Beijing berulang kali mendorong Rusia-Ukraina menyelesaikan konflik melalui dialog.
China juga dituduh memberikan perlindungan diplomatik untuk Rusia dengan mengecam sanksi Barat dan penjualan senjata ke Kyiv. Pemerintahan Xi bahkan dituduh memberikan sejumlah bantuan demi melancarkan invasi Rusia ke Ukraina.
Menurut CCTV, Xi memuji "momentum pembangunan yang baik" dalam hubungan bilateralnya dengan Rusia "dalam menghadapi gejolak dan perubahan global".
"Beijing bersedia mengintensifkan koordinasi strategis antara kedua negara", kata Xi seperti dikutip AFP.
Kremlin mengatakan kedua pemimpin telah sepakat meningkatkan kerja sama ekonomi dalam menghadapi sanksi Barat yang "melanggar hukum".
"Disepakati untuk memperluas kerja sama di bidang energi, keuangan, industri, transportasi, dan bidang lainnya, dengan mempertimbangkan situasi ekonomi global yang semakin rumit karena kebijakan sanksi yang tidak sah dari Barat," kata Kremlin setelah pertemuan tersebut.
Barat telah mengadopsi setumpuk sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Rusia sebagai pembalasan atas invasi ke Ukraina. Moskow menuding Eropa dan Amerika Serikat telah menyebabkan perlambatan ekonomi global dengan menjatuhkan sanksi-sanksi itu.
Moskow juga tengah mencari pasar dan pemasok baru untuk menggantikan perusahaan asing besar yang meninggalkan Rusia setelah invasinya ke UKraina
Uni Eropa dan Amerika Serikat telah memperingatkan bahwa setiap dukungan dari Beijing untuk perang Rusia di Ukraina, atau bantuan Moskow untuk menghindari sanksi Barat, akan merusak hubungan.
China dan India adalah dua ekonomi utama yang belum mengambil tindakan nyata menanggapi invasi Rusia ke Ukraina.
Di mata pejabat China, Eropa telah membiarkan diri mereka tersedot untuk mendukung Ukraina atas inisiatif AS. Menurut Beijing, langkah Eropa itu bertentangan dengan kepentingan mereka sendiri sebagai importir utama gas Rusia.
Meski pernah menjadi musuh saat Perang Dingin, Rusia dan China terus meningkatkan kerja sama dalam beberapa tahun terakhir demi mengimbangi dominasi AS di kancah global.
Kedua negara semakin dekat di bidang politik, perdagangan, dan militer. China dan Rusia bahkan melihat kedekatan mereka sebagai "hubungan tanpa batas".
Xi, yang menggambarkan Putin sebagai "teman lama", juga mengundang rekannya dari Rusia ke upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin Beijing pada awal Februari.
Beijing adalah mitra dagang terbesar Moskow, dengan volume perdagangan tahun lalu mencapai US$147 miliar, menurut data bea cukai China. Jumlah itu naik lebih dari 30 persen pada 2019.
(rds)