Pengamat hubungan internasional dari Pusat Studi Strategis dan Internasional, Gilang Kembara, menilai pertemuan antar Menteri Pertahanan Australia dan China di Singapura jadi peluang besar menuju normalisasi kedua negara.
Kemajuan itu diungkap Gilang saat diskusi yang bertajuk Proyeksi Hubungan Indonesia-Australia di Era Kepemimpinan Perdana Menteri Anthony Albenese, Kamis (16/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Memang pertemuan ini tidak diharapkan untuk mencapai kesepakatan begitu saja terhadap apa yang dapat dilakukan kedua negara untuk mencapai suatu hubungan, yang bisa dikatakan, normal kembali, " ujar Gilang.
Ia lalu melanjutkan, "Tapi ini telah diapresiasi oleh beberapa pihak sebagai salah satu upaya awal dari kedua belah pihak untuk menjalin kembali dialog dan diharapkan menjembatani berbagai macam perbedaan di antara kedua negara."
Diketahui Menhan Australia, Richard Marless, bertemu secara informal dengan Menhan China, Wei Fenghei, dalam acara Shangri-La Dialog di Singapura pekan lalu.
Shangri-La Dialog adalah konferensi keamanan antar pemerintah. Acara ini biasanya dihadiri oleh para menteri pertahanan, kepala kementerian, dan kepala militer sebagian besar negata Asia-Pasifik.
Menanggapi pertemuan informal itu, Marless menilai hal tersebut merupakan langkah pertama yang penting.
"Itu kesempatan melakukan tukar [pandangan] yang sangat jujur, di mana saya membahas sejumlah isu yang menjadi perhatian Australia," kata dia dikutip AFP.
Menurutnya, Australia dan China punya hubungan yang kompleks.
"Dan karena kerumitan inilah sangat penting bagi kami untuk terlibat dalam dialog sekarang," jelas dia lagi.
Beberapa tahun ke belakang hubungan Australia dengan China tak harmonis. Terlebih perdana menteri sebelumnya, Scott Morrison yang dianggap terlalu condong ke Barat.
Mereka berselisih atas berbagai konflik. Mulai dari muasal Covid-19 hingga embargo impor barang tertentu.
(isa/bac)