Seorang remaja berusia 15 tahun tewas dan tiga lainnya mengalami luka-luka dalam insiden penembakan di ibu kota Amerika Serikat, Washington DC, selama acara Juneteenth pada Minggu (19/6).
Menurut keterangan kepala polisi Washington DC, Robert Contee, para korban tertembak di persimpangan jalan 14 dan U, di utara Washington sekitar pukul 06.00 waktu setempat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penembakan terjadi selama acara perayaan Juneteenth berlangsung. Contee juga mengatakan acara ini belum mendapat izin dari pihak berwenang.
Juneteenth atau Hari Kebebasan/Hari Emansipasi merupakan hari libur nasional di AS untuk memperingati pengumuman penghapusan perbudakan di negara bagian Texas pada 1865.
Contee juga mengatakan pelaku penembakan menggunakan senjata api. Namun, polisi tak melepas tembakan ke arah pelaku.
Saat ditanya apakah remaja itu memang menjadi target pelaku, Contee tak bisa banyak bicara. Dia hanya mengatakan pihak berwenang masih menyelidiki insiden ini.
"Ini tak bisa diterima. Kami perlu memastikan bahwa dia bertanggung jawab atas tindakannya," imbuh Contee dikutip Anadolu Agency.
Penembakan itu terjadi sehari usai insiden penembakan di mal Virginia.
Pada Sabtu (18/6) lalu, seseorang melepas tembakan usai berantem dengan segerombol orang dan orang kulit hitam di pusat perbelanjaan Tysons Corner Center. Tak ada korban dari insiden ini.
Penembakan memang bukan hal aneh lagi bagi AS. Sepanjang 2022, sudah ada lebih dari 200 penembakan terjadi.
Penembakan massal paling mematikan terjadi pada 24 Mei lalu. Ketika itu, pelaku menyerang sekolah dasar (SD) Robb di Uvalde Texas, dan menewaskan total 21 orang, termasuk 19 anak.
Tragedi yang berulang membuat publik AS menuntut agar pemerintah mereformasi kepemilikan senjata.
Presiden AS, Joe Biden, sampai-sampai angkat suara usai penembakan di SD. Ia meminta Kongres untuk segera mengesahkan undang-undang keamanan senjata.