Tokyo Diterjang Gelombang Panas Terparah dalam 147 Tahun

CNN Indonesia
Selasa, 28 Jun 2022 21:13 WIB
Ibu Kota Jepang, Tokyo, diterjang gelombang panas terparah dalam 147 tahun sejak 1875. Pemerintah pun meminta warga menghemat listrik. (Reuters/Susana Vera)
Jakarta, CNN Indonesia --

Ibu Kota Jepang, Tokyo, diterjang gelombang panas terparah dalam 147 tahun sejak 1875. Pemerintah pun meminta warga menghemat listrik.

"Tolong berhemat listrik sebanyak yang Anda bisa, seperti mematikan lampu yang tidak digunakan," demikian pernyataan Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang.

CNN melaporkan, suhu di Toko pada Selasa (28/6) memang mencapai 35,1 derajat Celsius. Ini merupakan hari keempat kota tersebut mencatat suhu menembus 35 derajat Celsius.

Menteri Perdagangan dan Industri Jepang, Koichi Hagiuda, mengapresiasi warga yang berhemat listrik di tengah cuaca panas ini.

"Tampaknya, beberapa lansia mematikan pendingin ruangan mereka karena kami meminta masyarakat untuk menghemat listrik, tetapi tetap saja saat ini sangat panas. Jangan ragu untuk mendinginkan diri," ujar Hagiuda.

Permintaan menghemat listrik ini juga dirilis kala Jepang mengalami keterbatasan suplai energi sejak Maret. Gangguan suplai itu disebabkan gempa di wilayah timur laut negara itu.

Akibat gempa itu, beberapa pembangkit listrik tenaga nuklir berhenti beroperasi, padahal kebutuhan suplai listrik di Jepang saat ini paling tinggi sejak 2011.

Kini, pemerintah pun akan menurunkan aliran listrik di Tokyo hingga lima persen lebih rendah ketimbang Senin. Angka itu berbeda tipis dari aliran listrik minimum yang diperlukan untuk menyuplai listrik di Tokyo.

Sebagaimana diberitakan Reuters, aliran listrik di bawah tiga persen berisiko membuat kota itu mengalami kekurangan daya dan mati listrik.

Keputusan tersebut membuat beberapa kantor pemerintah, termasuk Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri (METI), mulai berhemat listrik.

METI mulai mematikan lampu yang tak terpakai dan mengurangi 25 persen daya listrik yang biasa mereka gunakan untuk lift.

Beberapa toko elektronik juga mulai menghemat listrik, seperti mematikan televisi dan barang lain yang biasa mereka nyalakan untuk menarik konsumen.

Sejumlah warga Tokyo juga mengatakan di media sosial bahwa mereka mematikan peralatan yang tak digunakan.

Selain masalah suplai listrik, masyarakat berhadapan dengan risiko penyakit sengatan panas (heatstroke) akibat suhu tinggi ini.

Pada Selasa, beberapa daerah di Tokyo pun mengeluarkan peringatan sengatan panas. Angka rawat inap akibat gejala itu juga meningkat.

Layanan gawat darurat bahkan menyatakan 76 orang di Tokyo dibawa ke rumah sakit pada Selasa akibat penyakit itu.

Walaupun demikian, masih banyak warga yang tak peduli imbauan pemerintah untuk mengurangi risiko terkena sengatan panas.

"Kami meminta masyarakat agar berjaga jarak dan tidak berbicara saat berada di luar ruangan. Mereka juga harus melepas masker mereka," kata Menteri Kesehatan Jepang, Shigeyuki Goto.

(pwn/has)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK