Pengamat hubungan internasional menilai salah satu pembahasan Presiden Indonesia, Joko Widodo, dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, terkait pasokan pangan di tengah perang realistis.
Penilaian itu diungkap peneliti Departemen Hubungan Internasional di Pusat Strategis Kajian Internasional (CSIS), Andrew Motang, saat diskusi bertajuk "Memaknai Lawatan Presiden Joko Widodo ke Eropa" di Jakarta Pusat, Jumat (1/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya pikir presiden realistis yang kita bidik ramtai pasokan terganggu. Kalau terganggu, akan [terjadi] krisis pangan, kalau krisis pangan kekacauan di mana-mana," kata Andrew usai diskusi.
Ia menilai meski pesan yang Jokowi bawa selama berkunjung ke Rusia dan Ukraina normatif namun tetap rasional.
"Bagaimana kita bisa recovery kalau terjadi krisis pangan? Jika tak segera dicari solusi bersama akan membuat semua negara berdarah-darah," ujarnya.
Jika pasokan pangan itu betul-betul menyebabkan krisis pangan maka akan terjadi kekacauan di masyarakat.
Mengatasi masalah tersebut, negara satu dengan yang lain harus saling bahu-membahu.
Menurut Andrew, dalam safari perdamaian itu Jokowi mendesak agar ancaman krisis pangan dan harga komoditas lain yang melonjak segera diatasi.
Jika tujuan tersebut tak tercapai, tujuan yang paling mungkin adalah mencari jalan keluar agar bibit, bahan pangan dan pupuk yang dipasok Ukraina dan Rusia kembali terintegrasi dengan rantai pasokan dunia.
"Artinya pihak-pihak yang bertikai sekaligus berkepentingan bersedia membuka jalur pasokan yang aman untuk pasokan dunia," kata dia.
Jokowi melawat ke Ukraina untuk bertemu Presiden Volodymyr Zelensky pada Rabu (29/6). Dalam pertemuan itu mereka membahas soal pasokan pupuk Ukraina, siap jadi perantara Rusia-Ukraina, hingga sepakati bebas visa Ukraina-RI.
Usai bertemu Zelensky, Jokowi bertolak ke Rusia untuk bertemu Presiden Vladimir Putin pada Kamis (30/6).
Saat bertemu Putin, Jokowi menyampaikan sejumlah poin penting. Mulai dari dorong perdamaian, membuka ruang dialog, menjamin keamanan Rusia untuk jalur ekspor pangan Ukraina, serta reintegrasi pupuk dan pangan Rusia-Ukraina.
(isa/bac)