Langit di Kota Mekah, Arab Saudi, biru tanpa awan, Selasa (5/7) siang. Suhu di aplikasi cuaca menunjukkan angka 38 derajat.
Tanpa angin berembus, cuaca dengan suhu setinggi ini sungguh menyengat kulit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Matahari seakan berada beberapa jengkal di atas kepala. Sangat silau dan panas.
Sejumlah petugas keamanan di proyek persiapan haji lebih memilih berteduh di bawah bayangan tiang atau jembatan.
Dari kejauhan tampak menara jam, Makkah Royal Clock Tower, di dekat Masjidil Haram berdiri tegak sangat indah. Sementara bukit-bukit batu tanpa satupun tanaman seolah-olah ada di mana-mana. Beberapa di antaranya sudah digerus untuk dibangun.
Tanpa satupun pohon terlihat menambah gersang cuaca panas.
Abdullah warga lokal menyatakan, suhu ini masih di bawah suhu maksimum di Mekah yang pernah mencapai 52 derajat.
"Kalau seperti ini sudah biasa," katanya.
Bagi Abdullah, mungkin cuaca ini sudah biasa. Namun bagi calon jemaah haji asal negeri tropis seperti Indonesia, cuaca panas ekstrem ini tentu jadi masalah tersendiri.
Kami bersama rombongan juga harus membekali diri dengan air minum agar tidak dehidrasi.
Terbiasa dengan semilir angin dan panas matahari yang tak seterik ini, jemaah haji Indonesia tentu bakal bermasalah bahkan rentan sakit.
Apalagi haji tahun ini sudah mulai dibuka Pemerintah Arab Saudi secara massif meski jumlahnya belum normal seperti sebelum pandemi.
Saat ini hampir semua jemaah haji dari seluruh penjuru dunia sudah berdatangan. Termasuk dari Indonesia yang jumlah jemaah hajinya paling banyak.
Deputi Kementerian Kesehatan Masyarakat Arab Saudi Hani Jokhdar mengakui suhu panas sangat diwaspadai saat musim haji ini.
Karena itu suhu panas ini menjadi prioritas nomor satu untuk diwaspadai selain masalah kesehatan lain bagi para jemaah.
"Kami sudah punya program edukasi khusus bagi para jamaah untuk mengantisipasi suhu panas ini," kata Jokhdar, Selasa (5/7).
Ia mengatakan jemaah haji diimbau untuk banyak minum air putih, membekali diri dengan air, banyak makan buah dan menjaga kesehatan.
Dilansir dari situs resmi Kemenag, Kepala Pusat Kesehatan Haji Budi Sylvana mengatakan untuk menghadapi cuaca ekstrem ini jemaah diimbau untuk gak banyak beraktivitas di luar ruang.
"Apabila harus keluar ruangan, jemaah haji perlu melengkapi alat pelindung diri dan memakai sandal atau alas kaki," kata Budi Sylvana beberapa waktu lalu.
Jemaah juga diimbau sering minum sebelum haus, mengonsumsi vitamin, dan menjaga kesehatan dengan makan, minum, dan istirahat yang seimbang.
Budi juga meminta para pembimbing ibadah dan petugas haji selalu mengedukasi jemaah untuk memperbanyak minum.
"Jangan menunggu haus, serta tidak melakukan aktivitas yang berlebihan," katanya.
Di kawasan Mina, salah satu tempat untuk melaksanakan prosesi haji, pemerintah Arab Saudi menyediakan fasilitas penunjang untuk keselamatan jemaah. Dari mulai keran air siap minum, hingga tenda di lokasi lempar jumrah lengkap dengan kipas angin besar.
Di Mina inj nantinya jemaah haji akan menginap atau mabit serta melempar jumrah.
(sur/bac)