Wang mencatat Beijing dan Washington telah melalui krisis sebelumnya terkait isu Taiwan, termasuk pada 1995 setelah AS memberikan Lee Teng-hui, presiden Taiwan saat itu, visa untuk mengunjungi Negeri Paman Sam.
Beijing menanggapi itu dengan protes keras hingga menarik duta besarnya untuk AS pulang, membatalkan pertemuan para menteri pertahanan kedua negara, dan menguji coba enam rudal ke perairan sekitar 100 mil dari Taiwan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
China juga telah mengkritik hubungan Washington yang semakin dekat dengan Taiwan terutama setelah Presiden Tsai Ing-wen berkuasa pada 2016 lalu. Sejak itu, relasi AS-Taiwan kian menghangat dan semakin getol melakukan transaksi penjualan peralatan militer.
Mengantisipasi perang China-Taiwan, Wang menyarankan keterlibatan yang lebih jauh antar semua pihak.
Ia mencontohkan kunjungan kenegaraan, dan melanjutkan interaksi diplomatik yang sebagian beku sejak awal 2020 bisa meredakan kekhawatiran itu.
"Masalah yang lebih mendesak sekarang adalah penerbangan antara China dan AS harus kembali normal sehingga diplomat kedua negara dan misi kedua negara bisa melakukan kegiatan yang lebih normal," tutur Wang.
Wang menilai langkah itu sangat berguna untuk mencegah salah perhitungan dan memahami pandangan pihak lain.
Selain itu bahasa ekonomi juga turut berperan untuk meredakan konflik.
"Jika kita punya banyak masalah khusus untuk diselesaikan, penting meningkatkan pertukaran timbal balik melalui kontak diplomatik, tak hanya antara diplomat, tetapi juga antara pejabat komersial dan antara perusahaan."
(isa/rds)