Dokter dari rumah sakit Nara Medical University mengatakan eks perdana menteri Jepang, Shinzo Abe, meninggal dunia akibat pendarahan hebat usai tertembak di leher, Jumat (8/7).
Dalam konferensi pers langsung dari Nara, dokter yang menangani Abe mengatakan peluru yang membunuh Abe masuk "cukup dalam hingga menembus jantungnya."
Lihat Juga : |
"Ada luka besar di dinding jantungnya," kata dokter.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihak rumah sakit mengerahkan 20 dokter dan tenaga medis profesional untuk menyelamatkan Abe.
Semula, 10 dokter menangani Abe ketika tiba di rumah sakit. Namun, jumlah dokter ditambah terus akibat kondisi Abe yang tak kunjung baik.
Sebelumnya, Abe dilaporkan tertembak di dada dan leher dari arah belakang. Akibatnya, sang PM terlama Jepang itu mengalami pendarahan hebat.
Dokter mengatakan setelah mengupayakan segala cara termasuk operasi terbuka, mereka tetap tidak dapat menghentikan pendarahan hingga akhirnya Abe meninggal dunia.
Profesor urusan kedaruratan RS, Hidetada Fukushima, mengatakan Abe menderita dua luka di bagian depan leher yang masing-masing berjarak lima sentimeter.
Fukushima mengatakan salah satu peluru lainnya menembus jantung Abe. Ia mengatakan tim dokter sempat melakukan transfusi darah namun pendarahan tetap tidak berhenti.
Abe ditembak oleh Yamagami Tetsuya, seorang mantan Angkatan Laut Jepang, saat berpidato kampanye di depan stasiun Kota Nara.
Polisi menuturkan Tetsuya mengaku memang ingin membunuh Abe. Alasannya karena dia tak suka dengan PM terlama yang memimpin Jepang itu.
Tetsuya saat ini sedang dalam tahanan polisi.