Sri Lanka, dari Demo BBM hingga Duduki Rumah Presiden
Sri Lanka bangkrut setelah melewati krisis keuangan terparah dalam tujuh dekade terakhir. Sri Lanka kekurangan pasokan bahan bakar minyak (BBM), termasuk bahan makanan.
Kericuhan tidak terhindarkan usai warga beramai-ramai mendemo Pemerintahan Gotabaya Rajapaksa. Puncaknya Sabtu (9/7), pedemo menduduki rumah kediaman Rajapaksa hingga membakar rumah Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe.
Lantas bagaimana awal mula Sri Lanka jatuh krisis keuangan?
Krisis ekonomi bergulir cepat saat Rajapaksa memangkas pajak sebagai upaya mengatasi kesulitan ekonomi pada 2019 silam. Sayangnya, langkah ini gagal menyelamatkan ekonomi negara berpenduduk 22 juta tersebut.
Tak berselang lama, pandemi covid-19 merebak, yang membuat keuangan Sri Lanka semakin terpuruk. Pembatasan perjalanan membuat industri pariwisata terpuruk.
Manajemen utang Sri Lanka pun tergelincir. Cadangan devisanya anjlok. Bahkan, peringkat utang negaranya pun jatuh dan secara efektif mengisolasi Sri Lanka menghimpun dana.
Kondisi ini memaksa Sri Lanka menadahkan tangan ke IMF memohon bantuan, mengajukan utang, hingga merestrukturisasi pinjaman.
Lihat Juga : |
Pada Mei 2022 lalu, Sri Lanka tercatat gagal bayar utang luar negeri hingga US$51 miliar. "Posisi kami sangat jelas, sampai ada restrukturisasi utang, kami tidak dapat membayar," ungkap Wickremesinghe.
Sebelum Wickremesinghe menjabat, kursi perdana menteri diduduki oleh Mahinda Rajapaksa. Ia adalah kakak dari presiden. Memang, dinasti Rajapaksa dikenal memonopoli pemerintahan dan politik Sri Lanka.
Selain Mahinda, ada pula Chamal Rajapaksa yang menjabat sebagai menteri irigasi dan Basil Rajapaksa selaku menteri keuangan. Keduanya mundur pada tahun ini menyusul demo warga yang kian membara.
Putra Mahinda, Namal, yang sebelumnya menjabat sebagai menteri olahraga juga terpaksa mundur. Termasuk Shasheendra, anak Chamal Rajapaksa, yang mundur dari kursi menteri pertanian.
Ngemis BBM ke Rusia
Menteri Energi Sri Lanka Kanchana Wijesekera mengatakan dua orang menteri akan pergi ke Rusia untuk negosiasi pembelian minyak. Bulan lalu, Sri Lanka baru membeli 90 ribu ton minyak mentah dari Siberia.
Pengiriman minyak diatur oleh perusahaan Dubai Coral Energy, namun pejabat Sri Lanka ingin bernegosiasi langsung dengan Pemerintah Rusia.
"Dua menteri akan pergi ke Rusia dan saya akan berangkat ke Qatar besok untuk mencoba mendapatkan kesepakatan harga yang lebih murah," kata Wijesekera.
Ia mengaku negaranya sudah kehabisan bahan bakar petrol dan diesel usai beberapa pengiriman dibatalkan karena masalah keuangan yang dialami Sri Lanka.
Saat ini, sambungnya, pasokan bahan bakar Sri Lanka hanya cukup untuk dua hari. Itupun masih dibatasi penggunaannya untuk keperluan mendesak.
Sampai dengan Juni 2022, Kedutaan Besar RI (KBRI) di Kolombo menuturkan akibat BBM hingga gas LPG yang semakin langka dan harganya selangit, banyak warga Sri Lanka yang beralih ke kayu bakar untuk menunjang aktivitas sehari-hari.
Pemadaman listrik bergilir pun masih terus terjadi dengan durasi 3 hingga 4 jam per hari imbas krisis BBM.
Sri Lanka memutuskan untuk hanya memberikan pasokan bahan bakar untuk layanan yang dianggap penting seperti kesehatan, kereta api, bus, dan kendaraan pengangkut makanan selama dua minggu mulai Juni akhir.
Sebagai gantinya, Sri Lanka menutup sekolah di perkotaan, sehingga masyarakat bisa belajar dan bekerja dari rumah. Dengan demikian, masyarakat tidak perlu membeli bahan bakar untuk mobilisasi.