Pembunuh Shinzo Abe, Tetsuya Yamagami, mengaku bahwa salah satu motifnya menembak mati sang mantan perdana menteri Jepang adalah karena salah satu organisasi keagamaan terkait Abe telah membuat sang ibu bangkrut.
Kepada tim invesitgasi, Yamagami meyakini Abe terkait sebuah komunitas keagamaan dan mempromosikannya hingga ibunya rela menggelontorkan donasi dalam jumlah yang sangat besar kepada organisasi tersebut.
Menurut laporan koran Yomiuri yang mengutip sumber dari tim investigasi, Yamagami mengatakan kepada polisi bahwa ibunya jadi bangkrut gegara memberikan donasi tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Keluarga saya bergabung dengan agama itu dan hidup kami menjadi lebih sulit setelah menyumbangkan uang untuk organisasi tersebut," kata Yamagami dikutip oleh sumber tersebut kepada polisi.
"Saya ingin menargetkan pejabat tinggi organisasi, tetapi itu sulit. Jadi, saya membidik Abe karena saya yakin dia terikat (dengan organisasi). Aku ingin membunuhnya," paparnya menambahkan seperti dikutip Asahi Shimbum.
Hingga kini belum terungkap organisasi keagamaan apa yang dimaksud Yamagami. Dikutip Reuters, polisi juga belum mengungkap nama organisasi itu.
Kepada polisi, Yamagami juga mengaku membuat sendiri senjata api yang digunakan untuk membunuh Abe pada Jumat (8/7) lalu. Ia juga mengaku awalnya berencana membunuh Abe menggunakan peledak.
Yamagami mengatakan kepada penyelidik bahwa ia telah mempersiapkan peledak untuk membunuh Abe di acara Okayama.
"Saya berencana membunuh mantan PM di sana [Okayama], tapi saya lihat ada prosedur pendaftaran di pintu masuk dan saya rasa akan sulit untuk masuk," ujar Yamagami kepada penyelidik, berdasarkan laporan NHK yang dikutip CNN.
Yamagami akhirnya memutuskan untuk melancarkan aksinya di Nara, di mana Abe dijadwalkan berpidato kampanye di dekat Stasiun Yamato Saidaiji pada Jumat (8/7).
Pria asal Nara berusia 41 tahun itu tinggal di sebuah apartemen kecil di kota itu. Lantai dasar apartemennya diisi oleh sejumlah bar.
Salah satu tetangganya, seorang wanita berusia 69 tahun yang tinggal satu lantai di bawahnya, melihat Yamagami tiga hari sebelum pembunuhan Abe.
"Saya menyapa tapi dia mengabaikan saya. Dia hanya melihat ke bawah ke samping tanpa mengenakan maskernya. Dia tampak gugup," kata wanita yang hanya menyebut nama keluarganya Nakayama itu kepada Reuters.
"Sepertinya aku tidak terlihat. Sepertinya ada sesuatu yang mengganggunya."
Seorang perempuan asal Vietnam yang tinggal dua pintu dari Yamagami mengatakan dia tampak selalu menyendiri.
"Aku melihatnya beberapa kali. Aku membungkuk padanya di lift, tapi dia tidak mengatakan apa-apam" ucap perempuan yang menyebut dirinya Mai.
Yamagami menembak tiga kali Abe saat berpidato di depan stasiun di kota Nara saat berpidato kampanye pada Jumat siang.
Abe menderita luka di leher hingga dada akibat penembakan itu hingga mengalami henti jantung. PM Jepang era 2006-2007 dan 2012-2020 itu akhirnya meninggal dunia lima jam setelah insiden terjadi akibat pendarahan hebat.
Yamagami mengaku kepada polisi bahwa ia memang berniat membunuh Abe karena tidak suka dengan mantan PM terpanjang Jepang itu.
Kepolisian mengetahui Yamagami merupakan mantan anggota pasukan pertahan maritim atau angkatan laut Jepang. Ia disebut keluar dari korps tersebut pada 2005 silam.
(rds)