Ketika banyak perempuan Sri Lanka menjadi PSK, warga yang sebelumnya sudah menjadi pekerja seks komersial sendiri sebenarnya juga sengsara.
Salah satu PSK Sri Lanka mengatakan, sebelum krisis dia bisa mengantongi hingga 20 ribu rupee atau sekitar Rp834 ribu dalam sehari.
Namun, keadaan yang tak tentu di Sri Lanka membuat penghasilan dia hanya 300 ribu rupee atau sekitar Rp12 juta per minggu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami harus membayar taksi dan menghitung rata-rata karena bahan bakar melonjak. Kadang, kami merasa salah mengambil keputusan," ujar dia.
"Kami menyerah pada pekerjaan kami dan kami sekarang tak bisa bertahan dengan keputusan yang sudah kami buat."
Bagi para perempuan Sri Lanka, tak mungkin beralih ke sektor pertanian karena hasil panen saja turun hingga 50 persen pada 2021 lalu.
Selain itu, sebagian besar lahan pertanian di negara itu dibiarkan begitu saja usai eks presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa, melarang impor pupuk kimia.
(isa/has)