Separatis Transnistria Umumkan Ingin Gabung Rusia, Moldova Ketar-ketir

CNN Indonesia
Senin, 25 Jul 2022 20:33 WIB
Transnistria mendeklarasikan keinginannya lagi untuk bergabung dengan Rusia, menambah ketakutan Moldova akan menjadi target invasi Moskow selanjutnya.
Transnistria mendeklarasikan keinginannya lagi untuk bergabung dengan Rusia, menambah ketakutan Moldova akan menjadi target invasi Moskow selanjutnya. (Foto: AFP/DANIEL MIHAILESCU)
Jakarta, CNN Indonesia --

Transnistria, wilayah di Moldova yang kini dikuasai separatis pro-Moskow, kembali menegaskan keinginan mereka untuk bergabung dengan Rusia, Jumat (22/7).

Hal itu diutarakan pemerintah Transnistria di saat Moldova ketakutan menjadi target invasi Rusia selanjutnya setelah Ukraina.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tujuan Transnistria tidak berubah sepanjang keberadaan republik [ini], berdasarkan hasil dari referendum pada 17 September 2006 yang dengan jelas menyatakan: kemerdekaan dengan akses bebas ke Federasi Rusia," kata Menteri Luar Negeri Transnistria Vitaly Ignatiev kepada media Rusia RIA Novosti, dikutip dari Reuters.

Ignatiev juga menyampaikan invasi Rusia di Ukraina tidak mengubah keinginan negaranya untuk bergabung dengan negara tersebut.

Sementara itu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menuturkan ia tak bisa mengomentari pernyataan Ignatiev tersebut.

Sebagaimana diberitakan Reuters, sejak invasi Rusia di Ukraina pada Februari lalu, Kyiv takut Moskow bakal menggunakan Transnistria sebagai titik untuk menyerang Ukraina terutama ke wilayah barat dayanya.

Ibu Kota Transnistria, yakni Tiraspol, berjarak hanya 100 kilometer dari kota pelabuhan Ukraina yang berada dekat dengan Laut Hitam, Odesa.

[Gambas:Video CNN]

Meski begitu, beberapa pejabat di Transnistria membantah negara mereka dijadikan sebagai basis Rusia untuk menyerang Ukraina.

Transnistria sendiri merupakan bagian wilayah Moldova yang diakui secara internasional. Namun, wilayah itu masih mendapatkan bantuan dari Rusia, termasuk penempatan ratusan pasukan Rusia sebagai penjaga keamanan.

Konflik di Transnistria pecah kala runtuhnya Uni Soviet. Akibat keruntuhan itu, konflik militer terjadi antara faksi pro-Moldova dan pro-Rusia untuk memperebutkan nasib wilayah itu kedepannya.

Pada 1992, gencatan senjata berhasil dicapai. Namun, status politik Transnistria itu masih menggantung.

Kini, Transnistria dianggap sebagai wilayah kekuasaan separatis di Moldova yang mendapatkan dukungan dari Rusia.

Moldova sendiri berada di posisi yang mirip dengan Ukraina. Negara itu ingin masuk ke Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan Uni Eropa, meski ditentang oleh Moskow.

Perdana Menteri Moldova, Natalia Gavrilita, sempat menyatakan kekhawatiran atas kemungkinan Rusia menginvasi negara itu, mengingat pasukan Presiden Vladimir Putin terus bergerak maju ke wilayah tenggara dan selatan Ukraina yang berbatasan langsung dengan negaranya.

"Saat ini, itu [invasi Rusia ke Moldova] menjadi dugaan skenario untuk saat ini, tetapi jika militer bergerak ke barat daya Ukraina dan Odessa, maka tentu saja kami sangat khawatir," kata Gavrilita kepada CNN, dikutip dari The Hill.

"Kami sangat khawatir, khususnya mengingat pasukan [Rusia] masih ditempatkan di wilayah separatis Transnistria," tuturnya lagi



(pwn/rds)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER