Mary Elizabeth atau lebih dikenal Liz Truss merupakan menteri luar negeri Inggris dan telah menjadi anak emas kaum akar rumput Partai Konservatif.
Ia kerap digadang-gadang sebagai penerus Margaret Thatcher, eks PM Inggris 1979-1990.
Saat berusia tujuh tahun pada 1983, Liz Truss memainkan peran Thatcher dalam pemilihan tiruan di sekolahnya. Namun, ia gagal mendapatkan satu suara pun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Empat dekade kemudian, politikus itu sekali lagi berupaya menlu sang Iron Lady untuk menjadi pemimpin partai Konservatif dan perdana menteri Inggris.
Perempuan 46 tahun itu menjadi menteri perdagangan internasional di dua tahun pertama kepemimpinan Johnson sebelum didapuk menjadi menlu.
Sekarang, Truss bertanggung jawab untuk urusan Inggris dengan Uni Eropa terkait aturan perdagangan pasca-Brexit khusus Irlandia Utara. Truss telah mengambil pendekatan yang keras dalam negosiasi.
Truss awalnya menentang Brexit tetapi setelah referendum 2016 mengatakan dia telah berubah pikiran dan mendukung Inggris bercerai dengan UE.
Tak seperti Sunak, Truss awalnya menentang Brexit saat referendrum Inggris 2016. Meski begitu, ia lantas mendukung Brexit setelah masuk dalam kabinet Johnson.
Truss membela perubahan pandangannya itu sebagai suatu "proses perjalanan".
Truss tumbuh besar di Skotlandia dan kemudian pinggiran Kota Leeds di Inggris utara.
Truss muda telah aktif dalam politik. Ia menjadi presiden partai Demokrat di Oxford University dan anggota komite eksekutif pemuda nasional partai.
Ibu Truss merupakan seorang perawat, guru, dan juru kampanye untuk perlucutan senjata nuklir. Sementara itu, sang ayah merupakan profesor matematika berhaluan sayap kiri.
Truss dan sang ayah sempat bersitegang saat dirinya mencalonkan diri sebagai anggota parlemen Partai Konsevratif. Sang ayah menolak mendukung Truss dalam pemilihan.
"Saya merupakan remaja yang sedikit kontroversial dulu," kata Truss di sebuah pesta di Leeds pekan lalu seperti dikutip AFP.
Jika memenangkan mayoritas suara pemilihan, Truss akan menjadi Perdana Menteri Inggris perempuan ketiga setelah Thatcher dan Theresa May.
(rds)