Kapal China Bakal Merapat di Sri Lanka, India Waswas

pwn | CNN Indonesia
Rabu, 03 Agu 2022 18:17 WIB
Kapal perang INS Shivalk India. (AFP/PUNIT PARANJPE)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kapal survei dan riset China, Yuan Wang 5, dijadwalkan akan tiba di Sri Lanka pada 11 Agustus. Namun, rencana ini menuai kekhawatiran dari India.

Menurut situs analisis MarineTraffic, kapal tersebut bakal berlabuh di Pelabuhan Hambantota, yang dioperasikan oleh China. Pelabuhan ini berada di wilayah selatan Sri Lanka.

Sejumlah media India melaporkan New Delhi khawatir kapal tersebut bakal digunakan untuk memantau pemerintah. Pemerintah India juga dikabarkan telah melaporkan keluhan ke Kolombo.

Media India News18 melaporkan kapal Yuan Wang 5 merupakan kapal multifungsi. Kapal ini ditujukan untuk melacak kegiatan luar angkasa dan satelit, khususnya peluncuran rudal balistik antarbenua.

Merespons kekhawatiran India, pemerintah Sri Lanka mengatakan kapal itu hanya singgah untuk mengisi bahan bakar dan persediaan.

"India dan China membantu kami pada waktu penting ini, kala kami berhadapan dengan krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya," ujar juru bicara pemerintah Sri Lanka, Bandula Gunawardena.

"Presiden [Ranil Wickremesinghe] mengatakan kepada kabinet bahwa masalah ini akan diselesaikan secara diplomatik, yakni berdialog dengan seluruh pihak. Keduanya adalah teman penting [Sri Lanka]," katanya lagi.

Selain itu, Gunawardena menerangkan kabinet Sri Lanka telah mendiskusikan berlabuhnya kapal China tersebut pada Senin (1/8), dan memutuskan kapal itu boleh singgah.

Kedutaan Besar India di Kolombo sendiri belum merespons permintaan komentar dari AFP.

Namun, pemerintah India pada pekan lalu sempat menyatakan bakal memantau situasi apapun yang terkait dengan kepentingan ekonomi dan keamanan India, pun bakal melakukan segala cara untuk menjaga hal itu.

Sebagaimana diberitakan AFP, India curiga akan pengaruh China yang semakin meluas di Sri Lanka. Sri Lanka sendiri berutang banyak dana kepada Beijing imbas proyek infrastruktur di negara itu, termasuk pembangunan Pelabuhan Hambantota yang memerlukan dana US$1,4 miliar (Rp20,8 triliun).

Namun, Sri Lanka tak mampu melunasi utang tersebut dan kemudian memberikan akses sewa pelabuhan itu kepada salah satu perusahaan China selama 99 tahun.

Di sisi lain, Sri Lanka masih mengalami krisis ekonomi dan kelangkaan produk penting. Akibat krisis ini, masyarakat negara itu menuntut mundurnya mantan Presiden Gotabaya Rajapaksa.

(bac)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK