Sejumlah peristiwa meramaikan berita internasional selama akhir pekan seperti anak sekutu Presiden Rusia Vladimir Putin tewas.
Teror Al-Shabab di Somalia sampai Covid-19 di Korea Utara turut menjadi sorotan berita global selama Sabtu (20/8) dan Minggu (21/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut kilas berita internasional:
Presiden China, Xi Jinping, menerapkan kebijakan ekstrem terkait 'resesi' seks untuk menambah populasi di negara itu, menyusul angka pertumbuhan penduduk yang terus menurun.
'Resesi seks' menjadi perbincangan usai sebuah laporan dengan judul The Challenges of Law Birth rate in China rilis di Wiley. Frasa 'resesi seks' merujuk pada keengganan warga China untuk menikah dan angka kelahiran yang rendah.
Dalam laporan itu menyebutkan, pada 2021 populasi di China menurun secara signifikan, bahkan terendah sejak 1949.
Setidaknya 13 orang tewas dalam serangan yang terjadi di Hotel Hayat, Mogadishu, Somalia pada Jumat (19/8) malam waktu setempat. Kelompok teror Al-Shabaab mengklaim bertanggung jawab atas penyerangan tersebut.
Mengutip Reuters, kelompok itu sempat menyandera sejumlah warga di lantai dua gedung dan mengepung hotel selama 30 jam. Sebelum melepaskan tembakan, mereka juga sempat meledakkan dua bom mobil di area sekitar hotel.
Sedikitnya 13 warga sipil tewas dan puluhan lainnya dilaporkan terluka.
Darya Dugina, anak dari filsuf Rusia, Alexander Dugin, tewas dalam sebuah ledakan mobil pada Sabtu (20/8) waktu setempat. Alexander Dugin dikenal sebagai 'Putin's brain' atau sosok di balik invasi Rusia ke Ukrainapada Februari lalu.
Dilansir dari CNN, informasi tewasnya Dugina pertama kali dikabarkan oleh media pemerintah Rusia. Mobil yang ditumpanginya meledak di dekat desa Bolshiye Vyazemi, wilayah Moskow.
Ledakan itu diduga terjadi setelah hampir 10 menit Dugina mengemudi pulang dari menghadiri festival musik dan sastra.
Sang ayah, Alexander Dugin, seharusnya berada di kendaraan yang sama. Hanya saja, pada malam itu, keduanya mengendarai mobil berbeda.
Jepang sedang mempertimbangkan penempatan 1.000 rudal jelajah jarak jauh untuk meningkatkan kemampuan dalam menangkal potensi serangan China.
Laporan tersebut dikabarkan oleh surat kabar Jepang, Yomiuri, pada Minggu (21/8). Dalam membuat laporannya, Yomiuri mengutip sumber-sumber dari pemerintah Jepang.
Rudal-rudal tersebut kabarnya akan dimodifikasi dari persenjataan yang ada untuk memperluas jangkauannya, dari 100 kilometer menjadi 1.000 kilometer.
(rds)