Amerika Serikat memprediksi China bakal terus menakut-nakuti dan mengintimidasi Taiwan melalui berbagai cara dari militer hingga politik dan ekonomi.
Washington pada Kamis (18/8) mengumumkan rencana untuk menggelar dialog perdagangan formal dengan Taiwan pada musim gugur ini sebagai bentuk dukungan terhadap Taiwan. Dialog kerja sama ini digelar kala Taiwan terus ditekan China akibat menerima lawatan Ketua DPR AS, Nancy Pelosi, dan anggota Kongres bulan ini.
Sejak lawatan itu, China terus menggelar latihan militer besar-besaran di dekat Taiwan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sementara kebijakan kami tak berubah, apa yang berubah adalah tindakan intimidasi dan pemaksaan Beijing yang semakin meningkat (ke Taiwan)," jelas utusan utama AS untuk Asia Timur, Daniel Kritenbrink, kepada wartawan pada Kamis (18/8), dikutip AFP.
Ia kemudian berujar, "Tindakan [pemaksaan] ini bagian dari kampanye tekanan yang intensif untuk mengintimidasi dan memaksakan Taiwan dan merusak pertahannya."
Washington meyakini dorongan China untuk menekan Taiwan akan tetap berlanjut dalam beberapa bulan mendatang.
China memang kerap marah kepada negara lain yang ikut campur urusan internal mereka, termasuk intervensi soal Taiwan. Sebab, Beijing menilai Taiwan sebagai wilayah kedaulatan China yang selama ini ngotot ingin memerdekakan diri.
Pemerintahan Presiden Xi Jinping juga murka setiap ada pejabat negara lain yang berkunjung ke Taiwan. Selain itu, China tak segan memutus hubungan diplomatik yang mengakui kedaulatan Taiwan dan memberlakukan sanksi simbolis terhadap ekonomi pulau itu.
"Pernyataan dan tindakan China sangat tidak stabil. Mereka berisiko salah perhitungan dan mengancam perdamaian dan stabilitas Selat Taiwan," ucap Kritenbrink.