'Resesi Seks' dan Pandemi, Jumlah Bayi di China Anjlok
Tingkat kelahiran di China kian merosot selama pandemi Cpvid-19, diduga karena peraturan ketat lockdown. 'Resesi seks' yang sudah melanda Negeri Tirai Bambu sejak beberapa tahun lalu pun kian parah.
Komisi Kesehatan Nasional (NHC) China mengonfirmasi Covid-19 berkontribusi terhadap angka pernikahan dan kelahiran di Negeri Tirai Bambu yang menurun.
"Virus corona juga memiliki dampak yang jelas terhadap pengaturan pernikahan dan kelahiran sejumlah penduduk," demikian pernyataan NHC kepada Reuters pada Senin (22/8).
NHC melaporkan banyak perempuan terus menunda rencana menikah atau memiliki anak karena perkembangan ekonomi dan sosial menyebabkan perubahan besar di sekitarnya.
Mereka menilai kalangan muda yang pindah ke daerah perkotaan lebih banyak menghabiskan waktu untuk pendidikan dan pekerjaan yang penuh tekanan.
Sementara itu, pakar demografi menganggap kebijakan nol Covid-19 di China yang terlalu ketat juga mungkin menyebabkan warga semakin tak nafsu punya anak.
NHC memberikan pernyataan ini sebagai tanggapan atas permintaan penjelasan Reuters terkait penurunan kelahiran di China dalam beberapa tahun belakangan.
Belakangan, "resesi seks" memang ramai diperbincangkan setelah laporan bertajuk The Challenges of Law Birth rate in China dirilis di Wiley pekan lalu.
Laporan itu memuat frasa "resesi seks" yang merujuk pada keengganan warga China untuk menikah. Angka kelahiran di China pun kian rendah.
Dalam laporan tersebut, disebutkan bahwa pada 2022, hanya tercatat 7,52 kelahiran per 1.000 orang di China.
Pengamat memperkirakan angka kelahiran akan berada di bawah 10 juta pada tahun ini, menunjukkan tren penurunan yang masih berlanjut.
Di tahun sebelumnya, yakni 2021, sekitar 11 juta bayi lahir. Jumlah ini menurun dibanding 2016 dengan 18 juta kelahiran.
Di tahun itu pula, tingkat kesuburan di China tercatat 1,16. Angka ini menjadi salah satu yang terendah di bawah standar Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) untuk populasi yang stabil dengan tingkat 2,1.
Untuk mengatasi masalah tersebut, China menerapkan sejumlah kebijakan, mulai dari keringanan pajak, cuti hamil lebih lama, peningkatan asuransi, subsidi perumahan, dan biaya tambahan untuk anak.
(isa/has/bac)