Jakarta, CNN Indonesia --
Ukraina dihadapkan dengan invasi Rusia yang tak kunjung usai kala merayakan kemerdekaan mereka pada Rabu (24/8).
Presiden Volodymyr Zelensky bersumpah bakal memenangkan perang melawan Rusia itu dalam pidato kemerdekaan pada hari ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bagi kami apa akhir dari perang? Awalnya, kami menyebutnya sebagai perdamaian. Namun saat ini, kami mengatakan kemenangan," kata Zelensky dalam pesan video perayaan kemerdekaan Ukraina yang ke-31, dikutip dari Reuters.
Lantas, bagaimana sejarah kemerdekaan Ukraina?
[Gambas:Video CNN]
Sebagaimana diberitakan The Conversation, Ukraina awalnya merupakan negara independen, yang kemudian hancur imbas Kekaisaran Rusia dan pembentukan Uni Soviet.
Setelah dikuasai Kekaisaran Rusia sejak 1970-an sampai 1917, warga Ukraina mendeklarasikan kemerdekaan pada 1918.
Republik Ukraina kemudian tetap bertahan hingga 1921, setelah Bolsheviks, kelompok politik yang membentuk Uni Soviet, dengan secara paksa mencaplok wilayah timur Ukraina.
Uni Soviet kemudian secara progresif mencaplok wilayah barat Ukraina. Pada 1945, seluruh wilayah Ukraina menjadi bagian dari Uni Soviet.
Pada 1991, pemimpin republik Soviet di Ukraina, Leonid Kravchuk, mendeklarasikan kemerdekaan dari Rusia, dikutip dari Reuters.
Sebagaimana diberitakan Britannica, deklarasi ini kemudian diratifikasi dalam referendum pada 1 Desember 1991.
Sepekan setelah referendum dilakukan, pemimpin Ukraina, Rusia, dan Belarus setuju untuk membentuk Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS).
Tak lama setelah itu, Uni Soviet resmi dibubarkan.
Awal Soviet bubar hingga Ukraina merdeka, baca di halaman berikutnya...
History melaporkan jatuhnya Uni Soviet dimulai saat sejumlah negara Baltik, yakni Estonia, Lithuania, dan Latvia, mendeklarasikan kemerdekaan dari Moskow.
Kemerdekaan ini dilatarbelakangi dengan kondisi ekonomi yang buruk dan kebijakan lepas tangan mantan pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev dalam mengurus negara bagiannya.
Selain itu, Ukraina di bawah Uni Soviet tak memiliki kewenangan untuk mengurus hubungan dengan negara asing, militer, perdagangan, dan transportasi.
Kewenangan akan elemen tersebut diatur oleh kelompok Bolshevik dan Partai Komunis mereka yang berada di Moskow.
Kala mantan pemimpin Uni Soviet Joseph Stalin menjabat, Stalin mengeluarkan revolusi industri. Namun, kebijakan itu berujung pada kelaparan massal atau Holodomor.
Dalam bencana tersebut, sebanyak lima juta orang meninggal dunia di Uni Soviet. Hampir empat juta dari warga yang meninggal adalah warga Ukraina.
Kelaparan ini merupakan serangan langsung terhadap kaum Ukraina, yang kala itu terus menolak kolektivisasi Uni Soviet.
Akibatnya, daerah-daerah pinggiran di Ukraina kekurangan makan, tetapi Moskow menolak memberikan bantuan pangan.
Selain itu, petani Ukraina yang ingin mencuri pangan di gudang pemerintah harus berhadapan dengan regu tembak.
Kelaparan itu baru selesai setelah masa panen 1933. Desa-desa tradisional Ukraina secara esensi telah hancur, dan masyarakat dari Rusia dibawa untuk menambah populasi negara itu.
Pihak Uni Soviet awalnya membantah keberadaan bencana kelaparan ini. Pada 1980-an, beberapa pejabat secara hati-hati mengakui ada sesuatu yang tak beres terjadi di Ukraina kala itu.
Uni Soviet juga memulai kampanye melawan 'penyimpangan nasionalis' yang kemudian merebak menjadi kekerasan terhadap Ukraina.
Gereja Ortodoks Otosefalus Ukraina menjadi salah satu sasaran represi. Badan itu dibubarkan pada 1930, diikuti dengan penangkapan dan pengusiran hierarki dan pendeta.
Setelah itu, penangkapan, pengusiran, bahkan eksekusi menimpa kaum intelektual, penulis, dan artis Ukraina. Salah satu penulis Ukraina kala itu, Mykola Khvylovy, bahkan bunuh diri untuk memprotes tindakan keras ini.