8 'Dosa' China ke Muslim Uighur di Xinjiang Versi PBB

CNN Indonesia
Kamis, 01 Sep 2022 13:07 WIB
Komisaris Tinggi PBB untuk Urusan Hak Asasi Manusia (OHCHR) membeberkan sederet 'dosa' China ke etnis minoritas Muslim Uighur di Xinjiang.
Komisaris Tinggi PBB untuk Urusan Hak Asasi Manusia (OHCHR) membeberkan sederet 'dosa' China ke etnis minoritas Muslim Uighur di Xinjiang. (Li Xueren/Xinhua via AP)

4. Pemaksaan Ideologi

Dalam laporan OHCHR, narasumber yang mereka wawancara membeberkan perlakuan kasar dan tak menyenangkan selama di fasilitas penahanan.

Salah satu sumber mengatakan mereka tak diizinkan menjalankan ritual keagamaan mereka, seperti salat atau mengaji. Aparat justru mencekoki mereka dengan ideologi dan ajaran politik yang dipakai China.

"Kami dipaksa menyanyikan lagu-lagu patriotik setiap hari, sekeras mungkin, dan sampai sakit. Sampai wajah kami menjadi merah dan urat-urat kami muncul di wajah kami," kata sumber pertama.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

5. Penghancuran Masjid dan Makam

Laporan itu juga menyatakan China menghancurkan situs Islam di Xinjiang.

"Di samping peningkatan pembatasan ekspresi praktik keagamaan Muslim, ada laporan berulang soal penghancuran situs keagamaan Islam, seperti masjid, tempat suci, dan kuburan, terutama selama masa kampanye 'Strike Hard,'" demikian bunyi laporan OHCHR.

Strike Hard merupakan kampanye yang memperketat pengawasan terhadap Muslim Uighur.

Sekitar 20.000 dari 35.000 masjid di seluruh China berada di Xinjiang. Namun, banyak dari tempat ibadah itu dihancurkan pihak berwenang.

6. Pemaksaan Menelan Pil Misterius

Sumber lain mengungkapkan aparat China mencekoki mereka dengan pil misterius yang mirip aspirin hampir setiap hari.

Namun, mereka tak menjelaskan soal manfaat pil itu, hanya memaksa mereka menelannya. Pil itu membuat mereka mengantuk.

"Kami berbaris dan seseorang dengan sarung tangan memeriksa mulut kami secara sistematis untuk memastikan kami menelannya," kata sumber dalam laporan OHCHR.

7. Pemaksaan Sterilisasi dan Aborsi

Laporan itu juga mendeskripsikan perempuan dipaksa untuk melakukan aborsi dan fertilisasi.

"Ada indikasi yang kredibel tentang pelanggaran hak-hak reproduksi melalui penegakan paksa kebijakan keluarga berencana," demikian kutipan laporan OHCR .

China menyebut tudingan sterilisasi paksa sebagai "disinformasi". Mereka menilai orang-orang di Xinjiang secara sukarela memilih untuk menunda pernikahan dan memiliki lebih sedikit anak karena peningkatan biaya pendidikan dan kondisi kehidupan.

8. Tak jelas Kapan Bebas

Pemerintah China mengklaim para peserta kejuruan bebas bergabung atau keluar dari program itu.

Namun, dalam laporan OHCHR, para tahanan tak bisa bebas pergi atas kehendak mereka sendiri karena penjagaan yang ketat.

Banyak tahanan tak tahu kapan bisa menghirup udara segar. Beberapa keluar setelah dua hingga 18 bulan, sementara yang lain nasibnya terkatung-katung.

Di antara mereka banyak juga yang mengalami gangguan psikologis. Beberapa tahanan terisolasi dari dunia luar, bahkan keluarga sendiri, serta hidup dalam ketidakpastian.

"Hal terburuknya adalah Anda tidak pernah tahu kapan Anda akan dikeluarkan," kata sumber dalam laporan OHCHR.

Laporan ini bertolak belakang dengan aturan China soal Pleatihan dan pendidikan kejujuran di Xinjiang, yang memastikan mereka akan menghormati sepenuhnya hak-hak tahanan.

(isa/has/bac)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER