Presiden Rusia Vladimir Putin tidak akan hadir di pemakaman pemimpin terakhir Uni Soviet Mikhail Gorbachev yang akan digelar pada Sabtu (3/9) besok.
Selain itu, Rusia juga tidak akan menggelar pemakaman kenegaraan untuk Gorbachev yang tutup usia di umur 92 tahun pada 30 Agustus lalu itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gorbachev akan dimakamkan di aula besar dekat Kremlin. Lokasi ini merupakan pusara para pemimpin Uni Soviet seperti Vladimir Lenin, Josef Stalin, dan Leonid Brezhnev.
Pemerintah akan melakukan penghormatan militer terhadap jenazah Gorbachev. Namun, Gorbachev tak dimakamkan dengan upacara kenegaraan.
Yayasan Gorbachev mengatakan pemakaman bakal digelar 3 September mulai pukul 12.00 waktu setempat.
Meski tidak datang besok, Putin menyempatkan diri untuk memberikan penghormatan terakhir dengan memberikan mawar merah di samping peti mati Gorbachev di Rumah Sakit Klinik Pusat Moskow pada Kamis (1/9).
Putin terlihat membuat tanda salib dengan gaya Ortodoks Rusia sebelum menyentuh tepi peti mati itu.
"Sayangnya, jadwal kerja presiden tidak mengizinkan melakukan ini [hadir di pemakaman negara] pada 3 September, jadi dia memutuskan untuk melakukannya hari ini," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan, Jumat (2/9).
Peskov hanya mengatakan upacara Gorbachev akan memiliki "elemen" pemakaman kenegaraan. Ia juga menyinggung negara akan membantu menyelenggarakan.
Sikap Putin atas kematian Gorbachev sangat berbeda saat menanggapi kematian eks presiden Boris Yeltsin pada 2007 lalu.
Saat itu, Putin mendeklarasikan hari berkabung nasional. Ia dan para pemimpin dunia, juga tampak menghadiri pemakaman kenegaraan di Katedral Kristus Sang Juru Selamat di Moskow.
Dikutip Reuters, Yeltsin memiliki hubungan yang mesra dengan Putin. Dia yang telah menunjuk orang yang berkuasa di Rusia hari ini menjadi perwira badan intelijen Uni Soviet (KGB).
Sementara itu, saat menanggapi kematian Gorbachev, Putin membutuhkan lebih dari 15 jam untuk merilis pesan belasungkawa atas kematian sang pemimpin terakhir Uni Soviet.
Selama menjabat sebagai pemimpin Uni Soviet pada 1985-1991, Gorbachev mencoba mempertahankan keutuhan 15 republik Soviet, termasuk Ukraina, dengan menerapkan berbagai reformasi yang mengubah negara komunis itu menjadi lebih terbuka yang dikenal dengan glasnost dan perestroika.
Namun, kebijakan reformasi itu malah menjadi bumerang yang mendorong belasan republik Soviet menuntut kemerdekaan hingga runtuh.
Masih banyak kaum dan pejabat, termasuk Presiden Vladimir Putin, menganggap Gorbachev merupakan pemimpin yang gagal mempertahankan kesatuan Uni Soviet.
Gorbachev disegani oleh negara Barat karena membiarkan negara Eropa Timur lepas dari kendali Soviet. Ia bahkan mendapat hadiah Nobel Perdamaian karena dinilai membantu mengakhiri Perang Dingin antara AS-Soviet yang berisiko berakhir dengan perang nuklir.
Namun, Gorbachev justru tidak dicintai di negaranya karena dianggap memicu kekacauan dan biang kerok keruntuhan Uni Soviet runtuh.
Putin juga pernah mengatakan pecahnya Uni Soviet sebagai bencana geopolitik terbesar abad ke-20.