Meski kerap menyulut amarah China, Amerika Serikat terus menjual senjata mutakhir ke Taiwan, mulai dari artileri canggih hingga kapal perang.
Teranyar, Amerika Serikat kembali menyulut amarah China karena meloloskan penjualan senjata US$1,1 miliar atau setara Rp16,3 triliun ke Taiwan.
Juru bicara Kedutaan Besar China di AS, Liu Pengyu, mengingatkan bahwa penjualan senjata AS hanya akan mengirimkan sinyal yang salah kepada "pasukan separatis Taiwan."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia pun menekankan bahwa AS harus "menghormati komitmennya terhadap prinsip Satu China."
AS sendiri sebenarnya mengakui Taiwan sebagai bagian dari China di bawah prinsip "Satu China" yang selalu digaungkan Negeri Tirai Bambu.
Dulu, AS pun tak pernah secara terang-terangan membela Taiwan. Namun, AS mulai terbuka memasang badan untuk Taiwan pada 2018, ketika mereka meneken Undang-Undang Relasi Taiwan (TRA).
Berdasarkan TRA, AS dapat menjalin hubungan dengan "rakyat Taiwan" dan pemerintahnya, tanpa menjelaskan secara spesifik pemerintahan yang dimaksud.
Beberapa tahun belakangan, AS pun membantu Taiwan dalam proses peremajaan alutsista. Berikut deret senjata canggih yang dipasok AS ke Taiwan.
AS akan mengirim 29 sistem artileri roket mobilitas tinggi M142 (HIMARS) ke Taiwan untuk menghadapi ancaman China.
Militer Taiwan telah mengajukan rencana pembelian senjata tersebut dalam proposal anggaran 2023. Total bujet anggaran yang mereka ajukan sekitar NT$32,5 miliar atau sekitar Rp15 triliun.
Untuk tahap pertama, militer Taiwan berharap bisa menerima 11 HIMARS.
Selain HIMARS, Taiwan akan membeli total 84 peluru kendali ATACMS, 864 roket presisi yang bisa digunakan HIMARS, demikian dilaporkan Focus Taiwan.
Pada Agustus 2021 lalu, AS sepakat menjual 40 sistem artileri howitzer atau meriam laras panjang senilai US$750 juta, sekitar Rp10,7 triliun.
Kementerian Luar Negeri Taiwan menyatakan kesepakatan itu akan membantu pulau itu menghadapi invasi China.
Menurut mereka, kesepakatan itu juga akan membantu memperkuat pertahanan diri serta perdamaian dan stabilitas nasional.
AS juga setuju menjual sistem pertahanan untuk menyokong rudal patriot senilai US$95 juta atau Rp1,3 triliun pada April lalu. Menanggapi penjualan itu, China buka suara.
"[Penjualan senjata AS ke Taiwan] sangat melanggar prinsip satu China dan pernyataan bersama AS-China," kata juru bicara Kementerian Dalam Negeri China, Tan Kafei, pada Kamis (7/4), seperti dikutip Sputnik News.
Ia kemudian berujar, "China akan memastikan dan mengambil sikap tegas demi keamanan dan kedaulatan wilayah."
Berlanjut ke halaman berikutnya >>>