New Delhi selama ini berselisih dengan Beijing karena masalah perbatasan negara, problem klasik yang tampak akan terus muncul. Namun, negara ini menunjukkan sinyal melirik ke Moskow.
India menjalin kerja sama ekonomi dengan Rusia, sekutu dekat China. Negara pimpinan Narendra Modi ini juga membeli minyak dari Moskow.
India meningkatkan pembelian minyak Rusia usai invasi, dengan memanfaatkan potongan harga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Minyak Rusia sebelumnya hanya menyumbang sekitar 0,2 persen di India. Sisanya mereka membeli dari negara seperti Irak, Arab Saudi, Kuwait, dan Uni Emirat Arab.
Apakah pembelian ini bisa menjadi tanda India juga merapat ke China melalui Rusia?
Suzie menegaskan bahwa India tetap akan bersama Negeri Paman Sam.
"Oportunis saja. India masih bersama AS di QUAD. Oportunis demi minyak murah Rusia. Dipikir India itu kawan padahal sulit diajak berteman," ucap Suzie.
Senada, Riefqi juga menilai usaha India bukan sebagai upaya merapat ke Beijing.
"Saya kira persoalannya tidak sesederhana itu. Karena persaingan antar keduanya [India-China] cukup mendalam," kata dia.
Riefqi menyoroti pembelian minyak New Delhi dari Rusia berkaitan dengan sejauh mana kedekatan India dan AS, melalui QUAD, terjalin.
"Tidak akan semudah itu berpengaruh kepada China," tutur dia lagi.
Baginya, New Delhi memainkan perang diplomasi yang canggih.
Ia memaparkan secara tradisional India menjaga hubungan dengan Rusia. Namun, akhir-akhir ini mereka mengembangkan hubungan dengan AS melalui kerangka Indo-Pasifik.
"India bermain lebih seimbang dalam hubungan dengan Rusia, dan hubungan dengan AS," imbuh Riefqi.
Namun, dia juga tak menampik rivalitas yang menguat di dua negara tersebut.
Di bidang kesehatan misalnya, China memproduksi vaksin buatan sendiri. India pun tak mau kalah turut membuat vaksin sendiri.
Perseteruan India-China semakin tampak di Samudra Hindia. Akhir Juli lalu, New Delhi meluncurkan kapal induk, INS Vikrant, yang bertujuan membungkam Beijing di perairan itu.
Beijing pun tampak khawatir. Media pemerintah China, Global Times, sampai-sampai memuat komentar pengamat bahwa kapal induk itu cuma berukuran medium. Sementara itu, kapal induk Beijing, Liaoning, merupakan armada besar.
(bac)