Ratu Elizabeth II meninggal dunia di usia 96 tahun pada Kamis (8/9) usai kesehatannya memburuk dua tahun belakangan. Ia pun tercatat sebagai penguasa Kerajaan Inggris terlama. Bagaimana bisa ia naik takhta dulu?
Sebelum Ratu meninggal dunia, Kerajaan Inggris mengumumkan bahwa ia berada di bawah pemantauan medis di Istana Balmoral, Skotlandia.
Pasca-kabar duka itu, ratusan warga beramai-ramai berdiri di depan Istana Buckingham dengan cemas. Menurut kesaksian jurnalis AFP, kabar kepergiannya membuat banyak warga di lokasi menangis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Ratusan warga London pun memberi penghormatan kepada Ratu Elizabeth II dan orang-orang secara sporadis menyanyikan lagu kebangsaan.
Menilik rekam jejaknya, selama memimpin Inggris, Ratu Elizabeth II menjadi ratu terlama di kerajaan dalam sejarah dunia. Bagaiamana perjalanannya di takhta Inggris?
Awal perjalanannya dimulai pada 6 Februari 1952, saat Raja George VI, yang memiliki dua putri yakni Elizabeth dan Margaret, meninggal setelah penyakit yang berkepanjangan.
Dilansir dari situs resmi Kerajaan Inggris, sang putri tertua George VI kemudian naik takhta, menjadi Ratu Elizabeth II, menggantikan posisi ayahnya, dan mengambil semua tanggung jawab dengan gelar barunya.
Pemilik nama asli Elizabeth Alexandra Mary Windsor itu kemudian disambut oleh Perdana Menteri Winston Churchill dan pejabat lainnya di bandara. Ia lantas kembali ke Clarence House, saat bendera Royal Standard dikibarkan untuk pertama kalinya pada masa pemerintahannya.
Pada malam penobatannya, sehari sebelum dia membuat sumpah resminya di Westminster Abbey, perempuan kelahiran 1926 itu membuat siaran radio ke Persemakmuran yang menyatakan dirinya berjanji mengabdi kepada seluruh rakyat Inggris.
"Sepanjang hidup saya dan dengan sepenuh hati, saya akan berusaha untuk menjadi sosok yang layak untuk Anda percaya," kata Ratu saat itu.
Penobatan Ratu Elizabeth II berlangsung di Westminster Abbey pada 2 Juni 1953, dan dipimpin oleh Uskup Agung Canterbury Geoffrey Fisher.
Saat itu, perwakilan dari rekan-rekan, Commons, dan semua petinggi pemerintahan di Inggris, Perdana Menteri, dan masyarakat terkemuka dari negara-negara Persemakmuran lainnya, dan perwakilan dari negara-negara asing hadir pada penobatan Ratu Elizabeth II.
Pada prosesi penobatannya itu juga disiarkan di radio seluruh dunia dan atas permintaan Ratu, juga disiarkan di televisi untuk pertama kalinya. Diperkirakan 27 juta orang di Inggris menonton upacara di televisi dan 11 juta mendengarkan di radio, padahal penduduk Inggris pada saat itu hanya lebih dari 36 juta.
Selain itu, Ratu mendesain agar prosesi penobatannya dapat dilihat oleh sebanyak mungkin orang. Rute sepanjang 7,2 kilometer itu membutuhkan waktu dua jam bagi 16 ribu peserta. Arak-arakan itu sendiri membentang sejauh 3 kilometer.
Perwira dan laki-laki yang mengambil bagian dalam prosesi berjumlah 29.200 orang, dengan rincian 3.600 dari Angkatan Laut Kerajaan, 16.100 dari Angkatan Darat dan 7.000 dari RAF, 2.000 dari Persemakmuran dan 500 dari Kekaisaran saat itu.
Selain itu, 6.700 pasukan cadangan dan administrasi, sementara 1.000 perwira dan anggota polisi militer kerajaan ditugaskan untuk membantu polisi metropolitan. Selanjutnya 7.000 polisi ditarik dari 75 pasukan provinsi. Kerumunan orang juga antusias melihat prosesi meskipun hujan deras.
Beberapa pekan setelah penobatannya, Ratu meninjau armada angkatan laut kerajaan di Spithead, Portsmouth, dan mengunjungi Skotlandia, Irlandia Utara, serta Wales sebagai bagian dari perayaan lanjutan.
Ratu Elizabeth kemudian juga menjadi Ketua Persemakmuran sekaligus ratu dari tujuh Alam Persemakmuran (Commonwealth Realms) merdeka, yaitu: Britania Raya, Kanada, Australia, Selandia Baru, Afrika Selatan, Pakistan dan Sri Lanka.
Setelah 70 tahun pasca-penobatannya sebagai Ratu, Elizabeth pergi akibat kondisi kesehatannya. Dunia pun berduka mengenang upayanya menyatukan bangsa-bangsa.
(khr/arh)