Raja Charles, Antara Kisah Lady Diana dan Isu Sekoper Uang

CNN Indonesia
Jumat, 09 Sep 2022 11:52 WIB
Pangeran Charles naik takhta menjadi Raja Inggris usai ibunya Ratu Elzabeth II meninggal. Sosok ini lekat dengan kontroversi pernikahannya dengan Lady Diana.
Foto: AFP/GEOFF CADDICK

Aktivis lingkungan

Tak melulu soal kontroversi pribadi, Charles memiliki riwayat panjang soal advokasinya terhadap perubahan iklim global. Dia merupakan pendukung Kesepakatan Iklim Paris 2015 (Paris Agreement).

Sebelum Presiden AS Donald Trump bersiap cabut dari kesepakatan iklim itu, dikutip dari CNN, Charles sempat berupaya melobinya lewat jamuan minum teh pada Desember 2019. Meskipun akhirnya gagal.

Sebulan kemudian, di Forum Ekonomi Dunia 2020 di Davos, Swiss, Charles berpidato, "Apakah kita ingin mencatat sejarah sebagai orang-orang yang tidak melakukan apa pun untuk membawa dunia kembali dari jurang untuk memulihkan keseimbangan ketika kita bisa melakukannya? Saya tidak mau!".

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Charles juga ikut KTT COP26 di Glasgow pada November 2021. Saat itu, ia meminta negara-negara untuk bekerja dengan industri guna menciptakan solusi bagi perubahan iklim.

"Kami tahu ini akan membutuhkan triliunan, bukan miliaran dolar," kata Charles saat itu.

Terkait aktivisme ini, Jurnalis CNN Max Foster, yang dekat dengan lingkungan kerajaan, menyebut Charles kerap berbicara blak-blakan tentang berbagai masalah sensitif. Tak cuma soal pemanasan global, ia juga disebut berapi-api dalam hal tanaman rekayasa genetik hingga obat-obatan dan arsitektur.

Hal itu tampak membuat Charles sebagai menjadi sosok yang lebih memecah belah daripada ibunya, yang dikenal nyaris 'tidak berekspresi' atau berkomentar selama masa jabatannya.

Kemampuan legendaris Ratu Elizabeth II untuk tidak menyinggung ataupun mengasingkan diri itu diklaim lebih strategis dalam konteks relasi antarbangsa.

Soal perbedaan ini, Charles mengaku tak bermaksud mengikuti jejak ibunya.

"Gagasan soal, entah bagaimana, bahwa saya akan melanjutkan [kepemimpinan] dengan cara yang persis sama [dengan Ratu Elizabeth II], jika saya harus berhasil, adalah omong kosong. Karena keduanya sepenuhnya berbeda," cetus dia, kepada BBC.

Kasus koper penuh uang

Masih terkait dengan aktivitas sosialnya, Pangeran Charles dituding menerima US$1,21 juta dari keluarga Osama Bin Laden melalui badan amal miliknya, Dana Amal Pangeran Wales.

Dilaporkan oleh The Sunday Times of London dan dikutip New York Times, Minggu (31/7), yayasan itu menerima sumbangan pada 2013 dari Bakr dan Shafiq bin Laden, saudara tiri Osama bin Laden, pendiri Al Qaeda dan arsitek serangan 11 September.

Pada Sabtu (30/7), Clarence House membenarkannya. "Dana Amal Pangeran Wales telah meyakinkan kami bahwa uji tuntas menyeluruh dilakukan dalam menerima donasi ini," bunyi pernyataan resmi itu.

[Gambas:Instagram]

The Sunday Times melaporkan Pangeran Charles telah menengahi pembayaran setelah pertemuan pribadi dengan Bakr bin Laden di Clarence House, London, 30 Oktober 2013, dua tahun setelah Osama bin Laden terbunuh di Pakistan.

Charles juga disebut setuju untuk menerima sumbangan meskipun ada keberatan dari para penasihatnya sendiri. Beberapa pembantunya telah memperingatkan soal potensi serangan balik jika menerima uang itu.

Selain itu, Charles juga dilaporkan menerima sebuah koper berisi uang tunai senilai 1 juta euro atau sekitar Rp15,6 miliar dari mantan Perdana Menteri Qatar, Sheikh Hamad bin Jassim bin Jaber Al-Thani pada periode 2011-2015.

Pihak kerajaan Inggris sendiri menolak berkomentar secara resmi soal dugaan suap di badan amal yang didirikan sejak 1979 itu.

Sementara, sumber Kerajaan Inggris, kepada CNN, membantah banyak detail dalam laporan Sunday Times tersebut.

Meski begitu, sumber kerajaan itu tidak membantah fakta terkait "sumbangan dana amal" dan menegaskan bahwa semua proses pemberian sumbangan itu telah mengikuti prosedur yang benar.

Kasus-kasus itu pun menguap. Apakah dugaan suap itu akan berefek terhadap kepemimpinannya yang berpengaruh luas?

Pasalnya, usai dilantik sebagai Raja Inggris, bersama Camilla di sisinya, Charles menjadi kepala negara tak cuma untuk Inggris, tetapi juga untuk 14 negara persemakmuran lain, termasuk Kanada dan Australia.

"Mata dunia tertuju padanya saat dia mengambil jubah Raja," pungkas Foster.

(khr/arh)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER