Eks Ajudan: Rusia Berencana Mulai Cari Pengganti Putin

CNN Indonesia
Jumat, 16 Sep 2022 09:10 WIB
Elite Rusia disebut mulai mencari calon pengganti Presiden Vladimir Putin yang terus didesak mundur gegara kekalahan Rusia di sejumlah titik di Ukraina.
elite Rusia disebut mencari calon pengganti Presiden Vladimir Putin yang terus didesak mundur gegara kekalahan Rusia di sejumlah titik di Ukraina. (Foto: AP/Alexander Zemlianichenko)
Jakarta, CNN Indonesia --

Mantan penulis pidato Presiden Vladimir Putin, Abbas Gallyamov, memprediksi para elit Rusia berencana mulai proses mencari pengganti sang presiden selama beberapa bulan ke depan menyusul kemunduran pasukan Negeri Beruang Merah di Ukraina.

Gallyamov mengatakan sejak pasukan Rusia kalah di sejumlah wilayah di Ukraina dalam beberapa waktu terakhir, desakan agar Putin mundur terus meluas dan tak lagi hanya muncul dari kalangan oposisi saja.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sistem politik Rusia benar-benar syok saat ini. Ini bukannya melebih-lebihkan. Rezim (Putin) selama ini menganggap Ukraina sesuatu yang inferior. Mereka tidak pernah menyangka pasukan Ukraina bisa melakukan perlawanan bahkan membuat tentara Rusia, yang dianggap tak terkalahkan, mundur bahkan kabur," kata Gallyanov dalam wawancara bersama Amanpour CNN pada Kamis (15/9).

"Karena itu publik Rusia secara umum, bukan hanya oposisi, mulai jengkel dengan cara Putin merespons masalah saat ini. Jadi, saya pikir apa yang akan terjadi dalam setidaknya enam bulan ke depan, elite Rusia akan mulai mencari pengganti Putin," paparnya menambahkan.

[Gambas:Video CNN]

Menurut Gallyanov, posisi Putin saat ini terjepit. lantaran semakin banyak orang, termasuk para pejabatnya sendiri, yang menentang perang di Ukraina. Satu-satunya solusi bagi Putin, katanya, adalah mulai bernegosiasi dengan Ukraina.

Namun, dikutip CNN, Gallyanov mengatakan Ukraina sudah enggan bernegosiasi dengan Rusia. Karena itu, menurutnya, penting bagi Moskow untuk segera mencari pengganti Putin demi menyelamatkan "wajah" Rusia di tengah kemunduran pasukannya di Ukraina.

Putin terus diserang berbagai kritik hingga hujatan menyusul kemunduran pasukan Rusia yang kewalahan sampai dibuat menyerah oleh tentara Ukraina di beberapa titik di timur negara eks Uni Soviet itu.

Sejumlah pakar media, analis, blogger, hingga pejabat Rusia buka-bukaan mengkritik keras penanganan "operasi militer" rezim Putin di media sosial sampai acara televisi.

Padahal, mengkritik militer hingga pemimpin negara menjadi barang langka dan berisiko di Rusia karena bisa diganjar denda sampai hukuman penjara.

Berbagai kritik hingga celaan yang menganggap pemerintah "menyusahkan", "pengkhianatan", "menyedihkan" terus bermunculan dari berbagai kalangan di Rusia menyusul kemunduran pasukan Putin di Ukraina dalam beberapa waktu terakhir.

Kritik pedas bahkan datang dari salah satu loyalis Putin yakni Pemimpin Chechen Ramzan Kadyrov. Ia menilai militer Rusia tampak lengah menghadapi serangan balik tentara Ukraina terutama di Kharkiv.

Kadyrov mengaku syok dengan kemunduran yang dihadapi pasukan Rusia di Ukraina.

"Mereka (pasukan Rusia) membuat kesalahan dan saya pikir mereka bakal menarik kesimpulan yang diperlukan," kata Kadyrov dalam pesan audio via Telegram pada Minggu (11/9).

"Ini situasi yang sangat menarik. Ini mencengangkan," kata Kadyrov seperti dikutip AFP.

Salah satu juru propaganda utama Rusia, Vladimir Solovyov, bahkan mengakui tentara Moskow tengah menghadapi "situasi sulit dan serius" di Ukraina.

Kritikan juga datang dari eks anggota parlemen Rusia atau Duma, Boris Nadezhdin. Ia menganggap Rusia "sangat tidak mungkin mengalahkan Ukraina" dengan menggunakan sumber daya yang ada saat ini dan strategi perang usang era kolonialnya.

Nadezhdin juga mengkritik habis-habisan Rusia yang doyan mengerahkan tentara bayaran dan tanpa mobilisasi pasukan.

Kritikan itu diutarakan Nadezhdin dalam acara debat yang disiarkan langsung via televisi. Nadezhdin dengan cepat diganti oleh tamu yang lain dalam acara itu.

Puluhan pejabat perwakilan daerah St. Petersburg dan daerah lainnya di Rusia bahkan telah membuat petisi yang mendesak Putin mundur dari kursi presiden lantaran telah merugikan negara. Petisi itu dilaporkan telah diteken 84 pejabat daerah sejauh ini dan diprediksi masih akan bertambah.

(rds)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER